Angka KDRT di Indonesia Meningkat, Ini Sebabnya

Angka KDRT di Indonesia Meningkat, Ini Sebabnya

Ilustrasi (dok:Istimewa)
Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan itu disebabkan oleh berbagai faktor. 

Berdasarkan data Komnas Perempuan, pada tahun 2012, sedikitnya ada 8.315 kasus dalam setahun. Jumlah itu mengalami peningkatan di tahun 2013 yang mencapai 11.719 kasus atau naik 3.404 kasus dari tahun sebelumnya. 

Aktivis Perempuan asal Jogja Vera Kartika Giantari mengatakan, meningkatnya kasus itu disebabkan karena banyak faktor. Salah satunya dari dalam keluarga itu sendiri, seperti masalah-masalah pribadi, dan antara anggota keluarga. 

Faktor lainnya adalah, masih adanya rasa memiliki sepenuhnya yang tertanam pada jiwa kaum laki-laki. Rasa memiliki sepenuhnya itu memicu kaum laki-laki untuk meminta istrinya melakukan hal yang sesuai dengan kemauan mereka. 

Sehingga, jika permitaan itu tidak dilaksanakan oleh sang istri, pihak laki-laki akan langsung melakukan KDRT. Menurutnya, dari ribuan hingga belasan ribu kasus yang muncul setiap tahun, kasus KDRT paling banyak dilakukan oleh kaum laki-laki. 

“KDRT itu banyak contohnya, mulai kekerasan fisik, kekerasan psikologis, kekerasan seksual, hingga penelantaran dalam rumah tangga,” ucapnya, kepada wartawan, di Balaikota Solo, Selasa (4/10/2014). 

Vera berharap, masyarakat peduli dengan para korban KDRT, hal itu dilakukan agar kasus itu bisa diminimalisasi. Kepedulian itu bisa dengan cara mengingatkan sang pelaku KDRT atau melaporkan pelaku kepada pihak yang berwajib. 

Apalagi, KDRT memiliki hukum yang jelas dan dijamin dalam undang-undang. Sehingga, masyarakat tidak perlu takut untuk berperan dalam kasus KDRT.

“Beberapa undang-undang telah menjamin agar tindakan KDRT tidak terus terjadi. Salah satunya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,” terangnya. 

Menanggapi hal itu, aktivis perempuan yang juga Anggota DPR RI Oky Asokawati mengatakan, saat ini kekerasan sering terjadi karena pola asuh orangtua yang salah. 

Menurutnya, banyak oprangtua yang menerapkan pendidikan yang keliru dan menggunakan sistem kekerasan. Sehingga saat sang anak ataupun anggota keluarga tidak bisa mencapai sesuatu yang diinginkan, maka ada pihak-pihak yang melakukan kekerasan.

“Salah satu contoh saat soerang anak disuruh melakukan sesuatu orangtuanya dan tidak bisa, akhirnya anak itu dipukul, itulah pola asuh yang salah,” pungkasnya.


(http://daerah.sindonews.com/)

Comments

Popular posts from this blog

Kekerasan di Perkotaan

Temuan Riset: Kepolisian dan Pemerintah Daerah Tidak Paham Apa itu Ujaran Kebencian

Kisah Seorang Preman Kupang (1)