Korban Perkosaan Kerap Dapat Perilaku Diskriminasi

"Kami telah menginstal perangkat elektronik kecil di celana jeans yang -- ketika ditekan -- akan mengirim sinyal ke kantor polisi terdekat".

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH tak terima bila korban kejahatan seksual, dalam hal ini wanita, justru didiskriminasi dan disalahkan habis-habisan. Sedangkan pelaku, dianggap biasa saja.

"Di sini kebanyakan seperti itu. Yang jadi korban, justru dia yang disalahkan. Dia yang dibilang genitlah, dibilang ganjen, dan dibilang dialah yang menggoda," kata Menkes belum lama ini, ditulis Health Liputan6.com pada Sabtu (12/7/2014)

Tindakan seperti ini yang harus dihilangkan di Indonesia. Kita, sebagai individu, diminta untuk lebih terbuka, dan tidak menilai seseorang dengan pandangan sebelah mata. "Bahkan ada korban perkosaan yang dikeluarkan dari sekolah. Itu kan bukan salahnya dia," kata Menkes menambahkan.

Masyarakat juga harus tahu bahwa dampak dari kejahatan seksual, dapat membuat korban mengalami stress traumatic disorder (STD). Ia akan semakin stres dan tertekan, ketika ia dipojokkan dan tidak mendapatkan dukungan.

Memang, lanjut Menkes, dampak lain dari kejahatan seksual adalah korban akan menghadapi diskriminasi, eksploitasi dan stigmatisasi di lingkungan masyarakat.

"Ini dapat dihindari, bila masyarakat sadar, dan tidak sembarangan dalam menilai," kata Menkes menekankan. (health.liputan6.com)

Comments

Popular posts from this blog

Kekerasan di Perkotaan

Kisah Seorang Preman Kupang (1)

Temuan Riset: Kepolisian dan Pemerintah Daerah Tidak Paham Apa itu Ujaran Kebencian