Di Brasil, Jangan Berteriak Kalau Dicopet!

Di Brasil, Jangan Berteriak Kalau Dicopet!
Ilustrasi copet di Rio de Janeiro, Brasil 

SAYA menuju Sao Paulo, Brasil. Hari ini pukul 16.40 waktu setempat, pesawat yang saya tumpangi dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Guarulhos di Sao Paulo. Bandara ini adalah bandara lama yang telah direnovasi lebih megah demi menyambut turis Piala Dunia 2014. Perjalanan dari Jakarta menuju Sao Paulo sekitar 24 jam via Abu Dhabi.
Setelah terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang Rabu (4/6) pukul 01.45 WIB pesawat Etihad Airways yang saya tumpangi akan transit selama dua jam di ibu kota Uni Emirat Arab itu pada pukul 08.30 waktu setempat. Artinya saya terbang terbang 10 jam menuju Abu Dhabi, lalu 12 jam dari sana menuju Sao Paulo.
Sao Paulo menjadi salah satu dari 12 kota penyelenggara Piala Dunia 2014. Inilah kota terbesar di negeri sepak bola Brasil. Terletak di bagian tenggara Brasil, kota ini memiliki pantai yang menghadap bagian selatan Samudra Atlantik. Pada Kamis (12/6), pembukaan Piala Dunia akan digelar di kota ini tepatnya di Stadion Arena Corinthians, markas klub SC Corinthians. Tim tuan rumah, Brasil akan menghadapi Kroasia di laga perdana.
Terlepas dari keriuhan menjelang pertandingan pembuka di kota ini, saya kembali teringat pesan Sudaryomo Hartosudarmo, Duta Besar Indonesia untuk Brasil tentang kota-kota besar di Brasil. "Benar-benar hati-hati dan waspada, terutama saat tiba di bandara-bandara besar seperti Rio de Janeiro dan Sao Paulo. Copetnya luar biasa lihainya dalam beroperasi dengan modus operandi yang canggih," tulisnya dalam surat elektronik beberapa waktu lalu.
Diplomat asal Wates, Yogyakarta itu berpesan agar saya tak lengah dan berhati-hati menyimpan uang tunai. "Jangan memakai barang-barang perhiasan yang bisa mengundang aksi kejahatan."
Tentang kerawanan di Brasil bukan sudah menjadi pengetahuan umum bagi para turis baik mancanegara maupun turis lokal. Bahkan, menjelang pembukaan Piala Dunia 2014 kepolisian Sao Paulo dikabarkan mengedarkan seruan yang perlu diperhatikan serius oleh para turis. Ini terkait situasi perampokan di kota-kota besar. "Jangan melawan, berteriak atau berdebat," demikian tulis salah satu selebaran berisi tips keamanan yang dikompilasi oleh Kepolisian Sao Paulo. Rencananya, tips keamanan ini akan disebarkan dalam empat bahasa yang berbeda, demikian diberitakan surat kabar terbitan Sao Paulo Estadao de Sao Paulo.
BBC melaporkan, seruan itu sebagai upaya polisi mencegah terjadinya "latrocinios" alias kejahatan yang berujung pembunuhan. "Para turis umumnya datang dari Eropa dan AS, di mana mereka tidak sering melihat kejahatan semacam ini," kata perwira polisi Mario Leite penanggungjawab keamanan Piala Dunia di Sao Paulo. Leite menyarankan para turis tak memamerkan benda-benda berharga yang bisa mengundang penjahat. Petunjuk tersebut terkesan ekstrim, tapi itulah kenyataan di Brasil. "Jangan menyesali saat susu sudah tumpah," katanya.
Sektor pariwisata Brasil berharap kehadiran sekitar 600 ribu turis asing terkait Piala Dunia di negeri Samba itu. Dengan maraknya unjuk rasa menolak Piala Dunia, target itu memang diragukan. Akan tetapi, Pemerintah Brasil tetap mengingatkan para turis untuk waspada. Peringatan atas ancaman kejahatan di Brasil juga disebarkan oleh Biro Keamanan Diplomatik Departemen Negara AS melalui laman Dewan Penasihat Keamanan Luar Negeri (OSAC).
Peringatan dari Pemerintah AS itu diperoleh dari gambaran secara umum empat kawasan di mana terdapat kantor perwakilan AS yakni satu kantor kedutaan dan 3 kantor konsulat. OSAC melaporkan bahwa kejahatan adalah ancaman utama pada turis di Brasil, khususnya di kota-kota besar. Terutama di petang dan malam hari, kejahatan jalanan marak terjadi. "Di Brasilia, perampokan, penganiayaan, dan pencurian menjadi perhatian utama turis asing dan maupun warga Brasil. Menurut polisi setempat dan laporan media, kejahatan menjadi lebih luas," tulis OSAC.
Pemerintah Jepang juga mengirim pesan waspada, mereka menyebarkan peringatan serupa pertengahan Mei lalu. "Pemberitahuan itu mengatakan bahwa jumlah pembunuhan yang terjadi di negara bagian Recife adalah 43 kali lebih tinggi daripada di Jepang, sementara perampokan ada sekitar 200 kali lebih banyak. Frekuensi kejahatan juga tinggi di daerah lain," demikian laporan AFP dikutip Japan Today.
Kevin Raub seorang penulis berbasis di Sao Paulo, menyatakan belum mendengar soal seruan "Jangan Berteriak" itu. Namun menurutnya kejadian fatal kerap menimpa para pelancong saat perampokan. "Orang-orang tewas saat melancong (backpacker) dan yang lain telah dibunuh hanya karena perampok frustrasi ketika tak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Lebih baik tidak menantang mereka," kata Raub dikutip NBC.
Menurutnya kejadian fatal kerap menimpa para pelancong saat perampokan. "Orang-orang tewas saat melancong (backpacker) dan yang lain telah dibunuh hanya karena perampok frustrasi ketika tak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Lebih baik tidak menantang mereka," kata Raub. Dia juga menjelaskan fenomena lain adanya peningkatan eskalasi kejahatan di kota besar macam Rio de Janeiro. Akhir-akhir ini beredar istilah "Arrastao" (pukat) yang berarti tangkapan besar. Ini adalah operasi barisan pencuri yang bersiaga di pantai. Mereka merampok sasaran dengan operasi secepat kilat. "Mereka datang dan beraksi secepat kilat, bahkan sebelum turis-turis pantai atau polisi berkedip," kata Raub.
Dia juga menyarankan agar turis tak mengeluarkan ponsel atau kamera di keramaian. Pencopet di Kota Rio de Janeiro yang dijuluki 'tikus' tak kalah hebat dengan pesulap legendaris David Copperfield. "Telepon Anda akan raib sebelum Anda dapat mengatakan 'abrakadabra' dan Anda bahkan tak akan menyadari sampai saat Anda merogoh saku untuk mencari ponsel itu," urai Raub.
Kabar tentang kerawanan atas aksi kriminalitas di Brasil membuat saya waspada. Tentu saja saya tak ingin menjadi korban "Arrastao" maupun "latrocinios" saat meliput Piala Dunia 2014 Brasil. Ya sudah pasti, mengingat pesan Dubes RI, yaitu saya terlebih dahulu harus hati-hati di Bandara Guarulhos.
Meskipun beberapa kali tak kecolongan oleh pencopet saat menumpang angkutan umum di Jakarta, saya tak mau lengah di negeri orang. Saya akan mencoba menghindari pencopet alias tikus di Bandara Guarulhos. "Abrakadabra". (Tribunnews/yudie thirzano)

Comments

Popular posts from this blog

Kekerasan di Perkotaan

Kisah Seorang Preman Kupang (1)

Temuan Riset: Kepolisian dan Pemerintah Daerah Tidak Paham Apa itu Ujaran Kebencian