Kisah Suami-Istri Pembantu di Rumah Jenderal


Kisah Suami-Istri Pembantu di Rumah Jenderal
Warpin (37 tahun) warga Dusun Sembung, Desa Pamulihan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, menunjukkan foto anak sulungnya, Carti, 17 tahun (kanan) dan suaminya, Wartas, 23 tahun (kiri). Keduanya baru sepekan bekerja di rumah Brigjen (Purn) Mangasi Situmorang di Bogor, Jawa Barat. TEMPO/DINDA LEO LISTY
 Dua di antara 16 pembantu rumah tangga (PRT) yang bekerja untuk Brigadir Jenderal (Purnawirawan) Mangisi Situmorang di Bogor, Jawa Barat, adalah pasangan suami-istri asal Dusun Sembung, Desa Pamulihan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes. Mereka adalah Carti, 17 tahun, dan suaminya, Wartas, 23 tahun.

Kepada Tempo, Senin, 24 Februari 2014, ibu Carti, Suniti, mengatakan anaknya tidak lulus sekolah dasar. Karena keterbatasan biaya, Carti terpaksa keluar ketika baru menginjak kelas V sekolah dasar. 
Satu tahun lalu, Carti menikah dengan tetangganya, Wartas, yang juga putus sekolah. Saat itu, Wartas bekerja sebagai buruh tani. Setelah menikah, keduanya memutuskan merantau ke Jakarta.

Selama sekitar satu tahun di Jakarta, Carti bekerja sebagai PRT. Sudah dua kali ia berpindah majikan. Sedangkan Wartas menjadi kuli bangunan. Dua pekan lalu, keduanya pulang ke Brebes.

"Carti pulang sambil menangis karena kena gendam. Telepon selulernya dan uang tunai Rp 1 juta raib," kata Suniti. Walhasil, Suniti harus merelakan tabungannya, cincin emas seberat 1 gram.

Hasil penjualan cincin senilai Rp 250 ribu itu diberikan pada Carti dan Wartas untuk modal kembali ke Jakarta. Demi menghemat biaya, mereka sepakat bekerja sebagai PRT pada satu majikan yang sama.

Suniti mengatakan tidak mengetahui siapa yang menawari mereka bekerja di rumah jenderal tersebut. Yang ia tahu, mereka baru sepekan bekerja. Carti bertugas di dapur. Adapun Wartas bertugas mencuci mobil.

Adanya kejadian di rumah Mangisi, Suniti hanya bisa berharap anak dan menantunya segera diantar pulang. "Kami tidak punya biaya untuk menjemput ke Bogor atau Jakarta," kata Warpin, ayah Carti, setelah tahu Carti dan Wartas ikut diperiksa sebagai saksi berkaitan dengan laporan penyekapan dan penganiayaan PRT oleh istri Mangasi, Mutiara Situmorang. "Tentunya mereka belum digaji karena baru sepekan bekerja," ujar lelaki 37 tahun itu.

Koordinator Formigran, Jamaludin, mengatakan kemiskinan adalah pemicu utama bagi warga Brebes sehingga nekat mengadu nasib sebagai PRT. Data dari LSM yang berfokus mendampingi tenaga kerja Indonesia (TKI) bermasalah itu, Brebes adalah daerah penyumbang TKI terbesar di Jawa Tengah. "Jangan hanya dipulangkan, tapi berikan mereka lapangan pekerjaan," ujar Jamaludin. (www.tempo.co)

Comments

Popular posts from this blog

Kekerasan di Perkotaan

Kisah Seorang Preman Kupang (1)

Temuan Riset: Kepolisian dan Pemerintah Daerah Tidak Paham Apa itu Ujaran Kebencian