Anggota Yakuza Jualan Narkoba di Internet Gara-gara Kesulitan Ekonomi


Kesulitan ekonomi di Jepang saat ini membuat anggota Yakuza - mafia Jepang - terpaksa melakukan transaksi sangat bahaya dengan hukuman sangat berat yaitu perdagangan narkoba.

Namun kali ini dilakukan lewat internet dan terdeteksi dengan mudah oleh polisi Tokyo (Tokyo Metropolitan Police). Polisi langsung menggerebeg rumah dan menangkap pelaku 14 Maret lalu. Sebelumnya 13 Maret juga Polisi Osaka telah menangkap penjual narkoba lain di daerah Naniwa, Osaka.

Demikian ungkap polisi Jepang kepada pers yang dikutip Tribunnews.com, Minggu(31/03/2013).Tsuyoshi Katsumata (39) anggota Yakuza dari  Sumiyoshi-kai terbukti melakukan penjualan narkoba lewat internet. Polisi sejak bulan lalu, Februari sudah mendeteksinya dan menyelidiki ketat sebuah villa di Yuzawa, perfektur Niigata dan menemukan 5,2 gram obat perangsang dan 0,2 gram cannabis didapati di villa tersebut.

Selama setahun terakhir ini Katsumata berhasil mendapatkan uang penjualan sedikitnya 15 juta yen dari lebih 100 pelanggannya. Upayanya melalui internet yang diposting dengan kode-kode khusus.

Setelah diinterogasi Katsumata akhirnya mengakui melakukan hal tersbeut karena memang sangat membutuhkan uang bagi kehidupannya. Sulit mencari uang sebagai Yakuza saat ini dengan Revisi UU Anti-Yakuza yang mulai efektif sejak Oktober tahun lalu.

Oktober tahun lalu Katsumata juga ketahuan melakukan transaksi penjualan narkoba di dalam mobil di daerah Minami Senju Tokyo. Menjual kepada seorang lelaki berusia 40 tahun.

Sementara pelaku lain, Michiyo Nakata (62) di apartemennya daerah Naniwa Osaka juga ditemukan 143 gram obat perangsang yang dilarang hukum Jepang, diduga senilai 11 juta yen. Penjualan yang dilakukan sejak Januari tahun ini. Nakata sendiri mengaku anggota Yakuza di masa lalu tetapi kini sudah berhenti dari organisasi kejahatan tersebut.

Comments

Popular posts from this blog

Kekerasan di Perkotaan

Temuan Riset: Kepolisian dan Pemerintah Daerah Tidak Paham Apa itu Ujaran Kebencian

Kisah Seorang Preman Kupang (1)