Memanfaatkan Peta Kriminalitas Wilayah

Memanfaatkan Peta Kriminalitas Wilayah

Warta Kota/Budi Sam Law Malau
Enam pemalsu surat deposito berjangka (SDB) senilai Rp1 triliun dibekuk aparat Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Metro Jaya. 
WARTA KOTA, BEKASI - Berdasarkan indeks kejahatan yang disusun relatif baik, kita bisa memetakan kejahatan apa yang cenderung terjadi di suatu kawasan.
Tidak terbatas pada politik kriminal (pemerintah atau instansi yang berwenang), yang dapat mengambil pelajaran dari peta kejahatan, tapi warga masyarakat umumnya pun dapat menjadikan petakriminal sebagai upaya dan petunjuk untuk menghindari wilayah-wilayah tertentu yang memiliki derajat keseriusan kejahatansangat tinggi.
Pelaku bisnis dapat menghindari daerah-daerah yang rawan pemungutan uang jago, protes masyarakat setempat, dan korupsi birokrasi lokal. Misalnya kawasan Cengkareng, Jakarta Barat, yang dikenal dengan perkelahian antar-kelompok. Di sana, bisa terpetakan kejahatan yang serius yaitu pemalakan, narkoba, pengeroyokan, dan pencurian kendaraan bermotor (curanmor).
Peta kejahatan dapat dibuat berdasarkan bidang-bidang kehidupan atau pekerjaan yang rentan kriminal misalnya peta kriminalangkutan umum, peta kriminal industri, peta kriminal kehutanan, dan peta kriminal kelautan.

Peta kriminal angkutan umum dapat menggambarkan jenis-jeniskriminalitas apa saja yang cenderung terjadi di angkutan umum. Peta kriminal kehutanan bisa menggambarkan kejahatan seputar kehutanan seperti pembalakan liar, kebakaran hutan, dan pembunuhan satwa.
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari peta kejahatan? Dari petadan statistik kriminal, menurut Nigel Walker dalam bukunya Crimes, Courts and Figures (1971), dapat terlihat kemampuan penangkalan dan kemampuan keberhasilan korektif.
Data statistik kriminal yang memetakan kondisi kriminalitas beberapa wilayah Amerika tahun 2011 misalnya dirilis oleh Federal Bureau of Investigation (FBI) belum lama ini. Terlihat peta kriminalkawasan Fontana: 5 kasus pembunuhan, 39 kasus perkosaan, 241 kasus perampokan, 435 kasus penyerangan, 1.041 kasus pencurian dengan pemberatan, 2.411 kasus pencurian, 783 kasus pencurian kendaraan bermotor, dan 9 kasus kebakaran; lalu kawasan San Bernardino: 30 kasus pembunuhan, 77 kasus perkosaan, 720 kasus perampokan, 1.034 kasus penyerangan, 2.359 kasus pencurian dengan pemberatan, 4.446 kasus pencurian, 1.656 pencurian kendaraan bermotor, dan 60 kasus kebakaran. (*)
Budi Nugroho,
Anggota Masyarakat
Tinggal di Bekasi

Comments

Popular posts from this blog

Kekerasan di Perkotaan

Kisah Seorang Preman Kupang (1)

Temuan Riset: Kepolisian dan Pemerintah Daerah Tidak Paham Apa itu Ujaran Kebencian