METODE PENELITIAN KUALITATIF: PENGAMATAN TERLIBAT


participant observation

oleh: Sri Lestari Linawati
Dalam Pengumpulan Data, manusia/peneliti merupakan instrument pokok. Teknik pengumpul data sangat tergantung kepada peneliti ketika berinteraksi dengan pelaku. Pada saat pengumpulan data dilakukan pengamatan. Pengamatan yaitu peninjauan dengan cermat. Berasal dari istilah bahasa Inggris  ”observation”, pengamatan merupakan suatu kegiatan peneliti untuk menangkap gejala-gejala dari obyek yang diamati dengan cara mencermati langsung secara visual terhadap obyek penelitian. Dengan perkataan lain, pengamatan adalah kegiatan melakukan, memperhatikan dengan seksama akan suatu obyek yang diteliti secara komprehensif. Dalam hal ini peneliti memanfaatkan pancainderanya (terutama penglihatan, pendengaran) dalam mencermati dengan seksama obyek penelitian.
Pengamatan terlibat disebut sebagai partisipatory observer, yaitu kehadiran peneliti secara langsung dengan semua pancaindera dalam berhadapan dengan obyek penelitiannya. Dengan demikian pengamatan adalah menggunakan pancaindera peneliti untuk menyaksikan dengan seksama/cermat dan kemudian mencatat-merekam peristiwa apa saja yang terjadi terkait dengan obyek sasaran pengamatan. Pengetahuan peneliti akan masalah yang diteliti, sangat bermanfaat dalam menangkap gejala yang diamati, untuk dapat menafsirkan gejala yang bersangkutan.

Peneliti harus berusaha agar yang diamati tidak mengetahui atau merasa diamati. Hal ini agar tidak timbul kecurigaan dari yang diamati. Apabila mereka mengetahui mungkin saja sikap tindak/perilaku menjadi tidak wajar dan penelitian menjadi bias. Dapat saja mereka akan berpura-pura yang baik atau sebaliknya. Dengan ketidakwajaran yang tertampil, menjadikan pencatatan hasil pengamatan melahirkan keterangan yang salah dan mengakibatkan analisis meleset.
Ciri‑ciri pokok proses pengamatan adalah:
  1. Pengamatan mencakup seluruh konteks sosial alamiah dari perilaku nyata manusia;
  2. Menangkap gejala atau peristiwa yang penting, yang mempengaruhi hubungan sosial antara orang‑orang yang diamati perilakunya;
  3. Menentukan apakah yang disebut sebagai kenyataan dari sudut pandangan hidup atau falsafah hidup pihak‑pihak yang diamati;
  4. Mengidentifikasi keteraturan perilaku dan pola-polanya.
Adapun tujuan pengamatan adalah:
  1. Mendapatkan data yang menyeluruh dari perilaku manusia atau sekelompok manusia sebagaimana terjadi dalam kenyataannya;
  2. Mendapatkan deskripsi yang relatif lengkap mengenai kehidupan sosial atau salah satu aspeknya;
  3. Mengadakan eksplorasi (penjelajahan).
Adalah hal yang cukup pelik dan sulit, melakukan pengamatan terhadap kepribadian, motivasi, sikap, jenis dan pola tingkah laku, tingkat kesejahteraan, tingkat harmonisasi, tingkat persaingan, dan sebagainya. Sehingga pengamatan menggunakan emosi peneliti dan subyektifitas peneliti menjadi permasalahan tersendiri.
Sehubungan dengan prosedur pengamatan, mengelompokan pengamatan menjadi pengamatan terlibat (partisipatory observer) dan pengamatan tidak terlibat. Pada pengamatan tidak terlibat peneliti tida secara emosional terlibat dalam kelompok yang diamati. Dalam pengamatan terlibat seorang peneliti secara emosional menjadi bagian dari gejala yang diamati. Pengamat mungkin sudah sejak semula menjadi bagian dari yang diamati atau pengamat semula adalah sebagai pihak luar.
Untuk jenis/tipe penelitian case study, pengamatan menjadi alat pengumpulan data yang mempunyai peranan penting di samping studi dokumen. Dalam hal ini peneliti harus dapat menguasai instrumen pengamatan seperti check list pengamatan, waktu pengamatan, intesitas pengamatan, dan reliabilitas dari kegiatan mempunyai pengaruh keberhasilan penelitian. Perekaman yang kemudian tercatat menjadi sebuah data yang nanti pada kegiatan selanjutnya untuk diolah dan dianalisis.
Menurut Nawari Ismail, dalam pengamatan:
  • Peneliti harus berpedoman kepada rumus 5 W + 1 H
  • Tempat: setiap gejala (benda, peristiwa, orang, hewan). Tempat punya pengaruh terhadap fokus pengamatan.
  • Pelaku: diarahkan kepada ciri-ciri yang akan memberikan pengaruh terhadap struktur interaksi
  • Kegiatan dan Peristiwa: Kegiatan rutin maupun tidak rutin.
  • Benda/alat: perlu diamati karena benda/alat menunjukkan simbol dan punya makna bagi pelakunya
  • Waktu: tahapan waktu dan urutan kontinuitas dari kegiatan pelaku
  • Motif dan tujuan: motif dan tujuan pelaku diantaranya dapat dilihat dari bentuk tindakan, ekspresi wajah, gerak tubuh dan ungkapan, yang sekaligus sebagai pengungkapan emosi pelaku

Jenis Pengamatan
  • Pengamatan Terlibat: Peneliti punya hubungan sosial dan emosional dengan pelaku. Peneliti terlibat dalam kegiatan dan kehidupan pelaku, sehingga memahami makna di balik berbagai gejala/tindakan pelaku menurut persepsi pelaku

Bentuk Pengamatan Terlibat
  • Keterlibatan Pasif : Peneliti tidak terlibat dalam kegiatan pelaku, tidak berinteraksi. Keterlibatannya dengan pelaku sebatas hadir atau berada di tempat kegiatan pelaku.
  • Keterlibatan setengah-setengah: Peneliti berperan aktif dalam kegiatan pelaku, namun masih menjaadi bagian dari struktur lainnya.yang melakukan fungsi pengamatan
  • Keterlibatan Penuh: Peneliti telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, kehadirannya dalam setiap kegiatan dianggap biasa ian dari kehidupan masyarakat, kehadirannya dalam setiap kegiatan dianggap biasa dan bahkan menjadi dan bahkan menjadi dan bahkan menjadi keharusan. Untuk ini peneliti jangan sampai menjadi partisipan murni yang tidak melakukan pengamatan apapun
Menurut Drs. Mohamad Ali dalam Penelitian Kependidikan, Prosedur dan Strategi, beliau berpendapat observasi adalah: “Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek, baik secara langsung maupun tidak langsung. Teknik ini banyak digunakan, baik dalam penelitian sejarah (historis), deskriptif, ataupun eksperimental, karena dengan pengamatan memungkinkan gejala-gejala penelitian dapat diamati dari dekat.
Parsudi Suparlan (1983: 43-45) menyarakan yang harus diperhatikan peneliti saat melakukan pengamatan adalah: ruang dan waktu, pelaku, kegiatan, benda-benda atau alat-alat, waktu, peralatan, tujuan, prasarana.
Pelaksanaan pengamatan menempuh tiga cara utama, yakni:
  1. Pengamatan langsung (direct observation), yakni pengamatan yang dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap obyek yang diteliti, seperti mengadakan pengamatan langsung terhadap proses belajar-mengajar di kelas.
  2. Pengamatan tak langsung (indirect observation), yakni pengamatan yang dilakukan terhadap suatu obyek melalui perantaraan suatu alat atau cara, baik dilaksanakan dalam situasi sebenarnya maupun buatan. Contoh, mengadakan pengamatan terhadap pengaruh hukuman terhadap suasana kejiwaan anak melalui permainan peranan (roleplaying) atau drama kejiwaan (psycho-drama), atau mengadakan pengamatan melalui alat yang sengaja diciptakan untuk keperluan tersebut.
  3. Partisipasi, yaitu pengamatan yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi obyek yang diteliti. Cara ini biasanya banyak digunakan dalam penelitian psikologi, sosiologi, maupun antropologi, namun demikian dalam lapangan pendidikan pun banyak pula digunakan teknik ini; seperti mengadakan pengamatan terhadap mekanisme proses hubungan manusiawi (human relation) antara guru dengan kepala sekolah, dilakukan dengan cara ikut ambil bagian sebagai guru, dan mengamati setiap gejala yang menjadi obyek penelitian.
Cara mengadakan pengamatan sebagaimana diuraikan di atas dapat dilaksanakan dengan menggabungkan dua atau tiga cara sekaligus dalam suatu kegiatan penelitian, apabila dipertimbangkan bahwa suatu cara dianggap kurang memadai.
Ini tidak berarti bahwa observasi boleh dilakukan secara acak-acakan atau tanpa rencana. Sebaliknya observasi sebagai teknik penelitian harus selalu jitu, berpedoman pada arah yang spesifik, sistematis, terfokus, dan direkam dengan cermat. Seperti teknik-teknik lainnya, observasi harus dapat diuji akurasi, validitas, dan reliabilitasnya.
Pengamatan terlibat atau observasi berperan serta (participant observation) diartikan sebagai pengamatan yang dibarengi interaksi antara peneliti dengan informan. Dalam pengamatan terlibat, peneliti hidup bersama-sama (di tengah-tengah) masyarakat yang ditelitinya. Dalam kegiatan pengamatannya si peneliti ikut mengerjakan apa yang dikerjakan oleh pelakunya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan-kegiatan itu dilakukan agqar dapat memahami dan merasakan (menginternalisasikan) kegiatan-kegiatan dalam kehidupan masyarakat yang menjadi obyek penelitian.
Pengumpulan data menggunaka observasi berperan serta ditunjukkan untuk mengungkapkan makna suatu kejadian dari setting tertentu, yang merupakan perhatian esensial dalam penelitian kualitatif. Observasi berperanserta dilakukan untuk mengamati obyek penelitian, seperti tempat khusus suatu organisasi, sekelompok orang, atau beberapa aktivitas suatu sekolah.
Pengamat (observer) dalam berlangsungnya observasi dapat berperan sebagai pengamat yang hanya semata-mata menamati dengan tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan subyek. Di sisi lain, pengamat dapat berperan serta dalam kegiatan subyek dengan sedikit terdapat perbedaan antara peneliti dengan subyek.
Dalam berlangsungya observasi, kedua peran tersebut tidak dapat dipisahkan karena awal melakukan pengamatan pertama-tama peneliti tetap memisahkan diri dari subyek sampai terciptanya hubungan baik antara peneliti dengan subyek. Selanjutnya peneliti menarik diri dari lingkungan subyek supaya tidak kehilangan tujuan utamanya. Keberhasilan peneliti sangat tergantung dengan kemampuan menyesuaikan diri dengan dunia subyek.
Spradley (1972: 45-52) menjelaskan bahwa dalam menyeleksi situasi sosial dalam melakukan pengamatan berperanserta dapat dilakukan dengan jalan mempertimbangka kriteria sebagai berikut:
  • Kesederhanaan
Pertama kali melakukan penelitian kualitatif, menyeleksi suatu situasi sosial yang tunggal dan mencoba untuk memulai dengan situasi sosial sangat sederhana dan mempunyai ruang lingkup cukup terbatas cukup penting artinya. Kemudian dengan banyak pengalaman dapat memperluas ke dalam situasi-situasi yang kompleks.
  • Aksesabilitas
Beberapa situasi dapat dengan mudah dimasuki sementara beberapa situasi sukar dimasuki. Untuk belajar melakukan penelitian kualitatif, diambil suatu situasi yang dapat dengan lebih mudah dimasuki. Jika mungkin peneliti tidak perlu menggunakan seluruh waktu yang ada untuk mencoba mendapatkan kesempatan.
  • Ketidakkentaraan
Para peneliti dalam melakukan penelitian kualitatif seharusnya kurang kentara dalam beberapa situasi-situasi sosial yang diikuti. Kendatipun akhirnya peneliti berhari-hari dalam suatu situasi sosial.
  • Aktivitas berulang-ulang
Untuk memahami kejadian suatu situasi sosial, peneliti perlu melihat sampel yang besar dari aktivitas yang diulangi berkali-kali dalam situasi sosial bersangkutan. Oleh karena itu seleksi suatu situasi sosial sangat diperlukan.
  • Kemudahan berpartisipasi
Walaupun peneliti tidak berpartisipasi dalam situasi, cobalah menemukan suatu situasi sosial untuk pengkajian suatu peran serta dalam aktivitas dimana penelitian dilaksanakan.
Menurut Williams yang diterjemahkan oleh Moleong (1989), Faisal (1990), Bogdan dan Biklen (1982) disimpulkan bahwa salah satu observasi berperanserta yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah peranserta pasif. Adapun observasi peranserta pasif yaitu peneliti hadir dalam suatu situasi tetapi tidak berperan serta dengan orang-orang dalam. Peranan peranserta hanya (1) menyaksikan berbagai peristiwa atau melakuka tindakan secara pasif, (2) melakukan wawacara (interview) baik yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur terhadap aktor, dan (3) melakukan pengkajian dokumen (document study) yang dimilik organisasi. Pada mulanya data yang didapat dari informan sesuai dari sudut pandang informan/responden (emic). Selanjutnya data yang sudah dianalisis berdasarkan dari sudut pandang peneliti (etic).
Sejalan dengan hal ini, Bogdan dan Taylor (1985) menjelaskan dalam catatan lapangan harus disusun setelah observasi maupun mengadakan hubungan dengan subjek yang diteliti. Karena catatan lapangan berupa data observasi dikumpulkan dalam catatan lapangan yang komprehensif sekali. Secara keseluruha, peneliti sendiri terjun ke lapangan sebagai instrumen utama (key instrument) dalam penelitian ini. Sebagai instrumen utama dalam penelitian ii maka peneliti sendiri yang menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu: Observasi Data atau informas yang diperlukan juga dikumpulkan dengan observasi dilakukan melalui pengamatan langsung pada tempat peneltian baik secara terbuka maupun terselubung. Di samping itu juga menurut Bogdan dan Taylor (1985: 134) dari pengamatan dibuat catatan lapangan yang harus disusun setelah observasi maupun mengadakan hubungan dengan subjek yang diteliti. Karena catatan lapangan berupa data dari observasi penelitian harus membuat catatan lapangan yang komprehensif sekali. Secara keseluruhan, peneliti sendiri yang mengamati perilaku dan nilai budaya yang mendasari perilaku.
Jorgensen, dalam Dedy Mulyasana (162), mengemukakan bahwa metode pengamatan terlibat (pengamatan berperan serta) dapat didefinisikan berdasarkan tujuh ciri berikut:
  1. Minat khusus pada makna dan interaksi manusia berdasarkan perspektif orang-orang dalam atau anggota-anggota situasi atau keadaan tertentu,
  2. Fondasi penelitian dan metodenya adalah kedisinian dan kekinian kehidupan sehari-hari,
  3. Bentuk teori dan penteorian yang menekankan interpretasi dan pemahaman eksistensi manusia,
  4. Logika dan proses penelitian yang terbuka, luwes, oportunistik, dan menuntut redefinisi apa yang problematik, berdasarkan fakta yang diperoleh dalam situasi nyata eksistensi manusia,
  5. Pendekatan dan rancangan yang mendalam, kualitatif, dan studi kasus,
  6. Peningkatan peran partisipan yang menuntut hubungan langsung dengan pribumu di lapangan,
  7. Penggunaan pengamatan langsung bersama metode lainnya dalam mengumpulkan informasi.
Becker (Dedy: 162) menyarankan bahwa pengamatan terlibat adalah pengamatan yang dilakukan  sambil sedikit banyak berperan serta dalam kehidupan orang-orang yang kita teliti. Pengamatan terlibat mengikuti orang-orang yang ia teliti dalam kehidupan sehari-hari mereka, melihat apa yang mereka lakukan, kapan, dengan siapa, dan dalam keadaan apa, dan menanyai mereka mengenai tindakan mereka. Sedangkan menurut Denzin (Dedy: 163) pengamatan berperan serta adalah strategi lapangan yang secara simultan memadukan analisis dokumen, wawancara dengan responden dan informan, partisipasi dan observasi langsung dan introspeksi.

Pustaka
Muhadjir, Noeng. 2007. Metodologi Keilmuan Paradigma Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Cetakan V. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Ismail, Nawari. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: UMY
Anggraita, Pramudita dan Muhammad Sayuti. Tt. Panduan Penelitian tentang Muhammadiyah. Yogyakarta: Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan.
Shaughnessy, John J., Eugene B Zechmeister dan Jeanne S. Zechmeister. 2007.Metodologi Penelitian Psikologi. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zuriah, Nurul. 2006. Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Campbell, Linda, Bruce Campbell dan Dee Dickinson. 2006. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Depok: Intuisi Press.

Comments

Popular posts from this blog

Kekerasan di Perkotaan

Kisah Seorang Preman Kupang (1)

Temuan Riset: Kepolisian dan Pemerintah Daerah Tidak Paham Apa itu Ujaran Kebencian