Asia Miskin Pakar Keamanan Internet

http://images.detik.com/content/2014/04/05/323/ignacio0905.jpg

(illustrasi/thoughtsoncloud)
 Kawasan Asia-Pasifik kekurangan tenaga ahli keamanan Internet. Associate Director ICT Practice Frost & Sullivan, Edison Yu, mengatakan kebanyakan staff teknologi informasi di kawasan ini hanya tahu merawat perangkat dan jaringan.

“Masalahnya ada di cara rekrutmen perusahaan dan pendidikan dan ,” kata Edison kepada detikINET di Taipei, Taiwan.

Edison melihat banyak perusahaan mencari staf teknologi informasi tanpa mempertimbangkan perlunya mengamankan jaringan mereka. Jadi menurutnya, kebanyakan dari mereka hanya sebatas menjadi operator jaringan.

Dikatakan Edison, operator jaringan rata-rata tak mengerti coding. Padahal serangan terhadap jaringan rata-rata lebih kepada utak-atik coding.

"Berbeda dengan di Amerika Serikat, staff teknologi informasi rata-rata belajar coding. kebanyakan dari mereka bisa memahami serangan yang datang dan mengatasinya," tambahnya.

"Perangkat keamanan jaringan yang canggih pun tak menjamin server perusahaan akan aman. Ibaratnya, alarmnya berbunyi karena ada penjahat masuk, tapi tenaga IT tidak tahu harus berbuat apa buat menangkap atau melumpuhkannnya," paparnya lagi.

Kurangnya pakar keamanan Internet ini juga disebabkan teknologi informasi bukan studi yang menarik di kalangan muda Asia dan Pasifik.
“Mereka lebih tertarik perbankan atau bisnis karena uangnya ada di sana,” kata Edison.

Mendengar di Indonesia teknologi informasi termasuk jurusan yang besar peminatnya, Edison berpendapat Indonesia berpeluang mengisi kekosongan itu. Namun dirinya juga menekankan agar tenaga IT generasi baru ini nantinya juga mampu menciptakan sistem keamanan jaringan meski dengan bekerja dari rumah ataupun dengan memanfaatkan tren bring your own device (BYOD).

Selain itu, Edison melihat saat ini pengamanan jaringan masih pukul rata kepada semua pengguna. Padahal, setiap karyawan biasa dan level manajerial punya resiko yang berbeda.

“Dulu Facebook diblokir tapi belakangan ketahuan itu bisa jadi sarana membantu pekerjaan,” kata Edison mencontohkan.

“Jadi ke depan bukan blokir tapi mengatur sejauh apa penggunaannya sehingga tetap profesional," pungkasnya. (http://inet.detik.com/)

Comments

Popular posts from this blog

Kekerasan di Perkotaan

Temuan Riset: Kepolisian dan Pemerintah Daerah Tidak Paham Apa itu Ujaran Kebencian

Kisah Seorang Preman Kupang (1)