Rul Gabot, Mantan Preman yang Jadi Pengurus Mushalla
Dapat Hidayah Lewat Lumuik Sungai Dareh
Da Rul atau Rul Gabot (51), begitulah sehari-hari orang
memanggilnya. Hampir separoh hidupnya dijalani sebagai preman. Dia malang
melintang di dunia hitam. Tapi, akhirnya dia sadar dan kini optimis menatap
hidup dengan menjadi kolektor serta penjual permata lumuik sungai dareh. Rul
Gabot juga tercatat sebagai pengurus Mushalla di Kecamatan Kuranji, Padang.
Tato bergambar naga ditangannya seakan menjadi saksi abadi,
betapa dulu Rul Gabot sangat ditakuti di era 80-an. Beberapa warga di Kota
Padang bahkan menyebut, “bermasalah dengan Rul Gabot sama saja cari mati”. Dia
begitu ditakuti dan juga disegani. Da Rul Gabot muda katanya tak takut mati.
Perkelahian dan lelehan darah adalah sesuatu yang lumrah baginya.
Pernah suatu cerita di Kota Padang. Kala itu terjadi perkelahian
antara preman di Pasarraya Padang yang melibatkan kelompok Rul Gabot. Kala itu,
perkelahian dengan menggunakan golok dan pentungan tak terelakkan. Semua yang
terlibat terluka, kecuali RUL GABOT. Tak sedikit pun kulitnya tergores.
Da Rul Gabot juga dikabarkan tak pernah masuk penjara meski di
kepolisian namanya selalu diwaspadai. “Itu masa lalu. Jangan diungkit lagi.
Dulu, kalau tak bernyali tidak bisa hidup dan hanya jadi pesuruh. Itu cara saya
untuk bertahan hidup,” kata Rul saat berbincang dengan penulis di kedai kopi
bilangan Jati, Kota Padang
Lebih dua puluh tahun berkecimpung di dunia hitam akhirnya Rul
Gabot mendapatkan hikmah. Di suatu malam, dia mengaku terbangun dan merasa
ketakutan, tanpa ada yang menakutinya. Hati Rul berdetak kalau itulah saatnya
harus melepaskan segala title yang membuatnya ditakuti. Rul mengambil wudhuk.
Dia sholat.
Kini Rul menapak jalan baru. Jalan yang membuat kehadirannya
bermakna. Keteguhan ke jalan yang benar jua nan akhirnya membuat Rul Gabot
berhasil. Lewat lumuik sungai dareh, kini dia tak lagi dikenal sebagai preman
bertampang sangar, namun lebih sebagai lelaki berhati baik. “Lumut Sungai Dareh
memperteguh keinginan saya untuk menapak sisa-sisa kehidupan di jalan yang
benar,” tutur.
Dituturkan Rul, permata lumuik sungai dareh menjadi fenomenal
setelah Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono juga memakainya. “Batu yang
berasal dari dari sungai yang mengalir di Kabupaten Dharmasraya ini semakin
terkenal,”ujar Rul Gabod.
Hal itu juga yang akhirnya membuat batu permata lumuik sungai
dareh makin dicari dan harganya tidak berbandrol. “Nilai jualnya tergantung
pecinta batu. Kalau sudah jatuh hati berapa pun pasti dibeli. Saya biasanya
menjual mulai Rp1 sampai Rp5 juta,”ujar Rul.
Tidak sekadar menjual permata lumuik sungai dareh yang membuat
dia optimis. Lebih dari itu, kepercayaan yang didapat dari bisnis ini juga
menjadi dasarnya..”Dulu waktu masih dicap preman pegang batu orang saja dia
pasti bilang sudah ada yang mesan atau punyalah. Tapi kini justru kepercayaan
datang dan minta saya menjualkannya tanpa modal sepeser pun. Kepercayaan itu
nilainya mahal,”sebut Rul.
Permata lumuik sungai dareh lazimnya disebut Giok Sumatera dan
hanya ada di Sungai Dareh Dharmasraya. Batu ini memang sedang jadi primadona.
“Bongkahan batu sekepal tangan bisa dijual jutaan rupiah. Tapi ingat, meski
bongkahannya besar, ketika diolah paling hanya dapat satu atau dua yang bagus,
jadi mencari permata lumuik sungai dareh juga tergantung hoki pula,” jelas Rul.
Menurut Rul, dia menyediakan berbagai ragam permata lumuik
sungai dareh dengan kilau dan motif dalam yang menarik. “Kontak saja saya di
nomor 08126799267,” ujar mantan preman ini tersenyum.
Rul juga berharap pemerintah kabupaten Dharmasraya mau
memfasilitasi potensi yang dimiliki daerahnya. “Permata lumuik sungai dareh
sudah terkenal. Mestinya Pemkab Dharmasraya memfasilitasi rakyatnya menjadi
pengrajin dan membangun galeri. Saya yakin ini akan menjadi ikon,” harap Rul.
Kini Rul serius berdagang permata lumuik sungai dareh. Perlahan
dia bisa merubah image premannya. Bahkan banyak kalangan di Kota Padang yang
tidak percaya Rul sudah di jalan yang benar. “Awalnya tidak percaya. Tapi
memang, Da Rul sudah 180 derajat berubah,” sebut Aprian warga Jati.
Menurut Rul, dia berhasil merubah hidupnya dikarenakan dibukakan
jalan oleh Allah. “Tidak mungkin melakoni hidup seperti dulu lagi. Malu saya
pada diri dan anak-anak yang sudah besar. Kini saya jadi pengurus
Mushalla,”ujarnya. (*)
Comments
Post a Comment