Jalan Pulang


"Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS Al Imran ayat 185)

Kematian adalah sebuah keniscayaan. Sesuatu yang paling dekat di hadapan kita. Sementara kita acap lupa terhadap maut yang setiap saat datang menjemput. Banyak di antara kita merasa kematian itu demikian jauh lantaran kedatangannya tidak dapat dipastikan tiba.

Ah, saya sehat-sehat saja. Saya masih muda nih, begitu ucapan banyak di antara orang muda usia sehat wal afiat. Dan dengan anggapan seperti itulah, banyak orang muda yang lantas terjerembab ke lembah-lembah yang sangat dekat kematian. Yang sehat belum tentu mati lebih belakangan dibandingkan yang tengah didera sakit kanker. Yang tua belum tentu berpulang lebih dulu daripada orang-orang muda usia.  

Sekadar contoh, belum lama ini, seorang pemuda yang sukses jadi pengusaha di Singapura tewas dalam pelukan isterinya di sebuah pelataran parkir sebuah klub malam di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Sang pengusaha muda, menurut pengakuan isterinya, baru usai minum segelas minuman keras dan keluar dari klub malam karena ingin mencari makan. Tiba di pelataran parkir, sang pengusaha muda ditegur oleh beberapa anak muda. Sontak sang pengusaha menjawab penuh emosional. Lalu tanpa babibu lagi, sang pengusaha dikeroyok dan roboh dalam pelukan isteri. Ada luka tusuk di tempat yang mematikan pada tubuh sang pengusaha. Dan, sang pengusaha meninggal sebelum tiba di RSCM Jakarta Pusat.

Jelas kematian itu sangat dekat. Dengan begitu, kita haruslah mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar jangan sampai mati dengan akhir yang tidak baik, misal mati di atas perut pelacur, mati usai minum minuman keras, mati saat main adu ayam, atau mati ketika bermain kartu. Sungguh merugi dunia-akherat.

Jalan kematian adalah pilihan. Bila kita cermati mereka yang menempuh jalan kematian seperti melalui minuman keras, over dosis narkoba, dan kelebihan obat kuat di kompleks prostitusi; maka biasanya mereka sejak lama meniti kehidupan di jalan-jalan tersebut. Cerita pengusaha muda mati dalam pelukan isteri di awal tulisan ini hanya salah satu contoh. Masih banyak contoh yang mendukung pernyataan bila ... maka ... tersebut.           

Ketika anak manusia memasuki gerbang kematian, tidak akan terlepas dari kebiasaannya selama hidup. Kita tentu tidak ingin mati dengan akhir yang buruk sehingga merugi-dunia akherat. Meninggal dunia dalam keadaan Khusnul Khatimah atau akhir yang baik merupakan dambaan setiap anak manusia.

Menurut Al Imam Al Abani ra dalam kitabnya, Ahkamul Jana'iz Wa Bida'uha, terdapat beberapa tanda meninggal khusnul khatimah, antara lain:
·         Mengucapkan syahadat ketika hendak meninggal. Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang akhir ucapannya adalah kalimat Laa ilaaha Illallah ia akan masuk surga.(HR Al Hakim)
·         Dahi berkeringat. Rasulullah SAW bersabda, "Meninggalnya seorang mukmin dengan keringat di dahi." (HR Ahmad)
·         Meninggal pada malam atau siang hari Jum'at. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada seorang muslim pun yang meninggal pada hari jum'at, kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur." (HR Ahmad, At Tirmidzi)
·         Meninggal syahid di jalan Allah SWT.
·         Meninggal dalam keadaan beramal saleh. Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah karena mengaharapkan wajah Allah, yang ia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga. Siapa yang berpuasa sehari karena mengharapkan wajah Allah SWT, yang ia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga. Siapa yang bersedekah dengan satu sedekah karena mengharapkan wajah Allah SWT, yang ia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga." (HR. Ahmad)

Dari tanda-tanda yang disampaikan oleh Al Imam Al Abani ra tadi, terang benderang bahwa jalan kematian yang khusnul khatimah tidak mungkin ditemukan di minuman keras, narkoba, pelacuran dan kesenangan-kesenangan duniawi yang memperdayakan. Jalan untuk kita dapat menemukan kematian khusnul khatimah harus kita retas sedini mungkin dari umur kita yang masih tersisa dengan banyak-banyak beramal saleh, antara lain rajin bersedekah, istiqamah jihad di jalan Allah SWT, terus meningkatkan shalat-shalat sunah tanpa meninggalkan shalat wajib, dan rutin silaturahim ke majlis-malis ilmu. Semoga kita menjadi insan yang terus berada di jalan kebaikan dan memasuki gerbang kematian yang khusnul khatimah. Salam. (BN)  

Comments

Popular posts from this blog

Kekerasan di Perkotaan

Kisah Seorang Preman Kupang (1)

Temuan Riset: Kepolisian dan Pemerintah Daerah Tidak Paham Apa itu Ujaran Kebencian