Tobat Seorang Koruptor


Tobat Seorang Koruptor

Ali bin Washab adalah seorang pejabat yang memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan pribadinya. Ia hidup dengan limpahan harta benda dari hasil melakukan korupsi di setiap pekeijaan.
Rabu, 15 Agustus 2012

Ali bin Washab adalah seorang pejabat yang memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan pribadinya. Ia hidup dengan limpahan harta benda dari hasil melakukan korupsi di setiap pekeijaan.
Pada suatu hari, dia mendapat tugas dari Khalifah untuk mengunjungi desa-desa dan menyelidiki bagaimana keadaan masyarakat saat ini. Tibalah dia di sebuah desa yang miskin. Seorang anak sedang menangis karena lapar, sedangkan ibunya yang berada di sebelah si anak tidak melakukan apa-apa.
"Sabarlah, Nak. Kelak, Allah akan memberikan ke¬ajaiban kepada kita semua; memberikan kemakmuran yang merata kepada setiap manusia dan membuat para pejabat yang licik insyaf untuk tidak memakan uang rakyat demi kepentingannya sendiri."
Anak itu lalu terdiam dan bertanya, "Ibu, pejabat yang licik itu apa?"
Sang ibu menjawab, "Mereka adalah orang yang me¬manfaatkan kekuasaan untuk mengeruk keuntungan. Mereka adalah orang yang menggunakan uang rakyat untuk perutnya sendiri. Mereka adalah orang yang me¬mentingkan dirinya sendiri dibandingkan kepentingan orang banyak. Sungguh, baginya adalah api neraka," ujar sang ibu dengan marah.
"Astaghfirullah, aku telah melakukan begitu banyak kesalahan dan dosa," gumam Ali bin Washab.
Saat itu juga, tubuhnya gemetar dan lemas. Hatinya yang selalu rakus hancur dan dia ingin bertobat. Ali bin Washab mengetuk pintu rumah itu.
"Assalamu’alaikum," sapanya.
"Wa’alaikumsalam," sahut si anak dan ibu berbarengan.
Ali bin Washab meninggalkan 500 dirham di depan rumah itu dan langsung beranjak pergi dari sana.
Ketika pintu dibuka, si ibu terkejut dengan uang itu.
Ali bin Washab segera pulang. Tentu saja, istri dan anaknya terkejut karena mereka mengira Ali akan pergi selama beberapa hari.
Melihat wajah Ali yang pucat, sang istri bertanya, "Apa yang terjadi?"
Ali menangis di pelukan istrinya. "Aku tidak menyadari kalau perbuatanku telah membuat rakyat menjadi terlantar dan miskin," katanya.
Ali kemudian menceritakan apa yang dialaminya. Anak-anaknya mendengarkan dengan penuh haru. Anaknya yang terkecil mendekap Ali erat.
"Aku bangga pada Ayah."
Keluarga itu menangis dan bertobat. Sejak itulah, Ali tidak pernah lagi mementingkan dirinya sendiri. Dia menjadi pejabat yang peduli pada kepentingan rakyat. Begitu banyak sumbangan yang diberikannya kepada masyarakat. Ali kini menjadi pejabat yang dicintai semua orang. 


"Dari Nabi saw. beliau bersabda: ’Ketahuilah! Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing- masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin. Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin anggota keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban terhadap mereka. Seorang istri juga pemimpin bagi rumah tangga serta anak suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Ingatlah! Masing- masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya."’
-HR Ibnu Umar ra.

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Comments

Popular posts from this blog

Kekerasan di Perkotaan

Temuan Riset: Kepolisian dan Pemerintah Daerah Tidak Paham Apa itu Ujaran Kebencian

Kisah Seorang Preman Kupang (1)