Tragedi Pembunuhan Pertama Manusia
Oleh Afriza Hanifa
Habil mengingatkan Qabil bahwa
membunuh adalah sebuah dosa besar.
“Aduhai
celaka aku!” teriak Qabil tak percaya dengan apa yang telah dilakukannya. Tapi,
tubuh saudaranya, Habil, telah membiru tinggal seonggok daging. Penyesalannya
tak terkira. Ia hanya mampu memandangi wajah pucat Habil yang tewas digenggaman
tangannya.
Kisah
Habil dan Qabil sangat populer dikalangan Muslimin. Mengingat, kisah keduanya
merupakan tragedi dosa pembunuhan pertama yang dilakukan manusia. Inilah
pelajaran pertama dari Allah bahwa manusia selalu digoda hawa nafsu untuk
berbuat keburukan.
Bukanlah
jaminan putra seorang nabi yang mulia karena setan selalu hadir di setiap
pembuluh darah manusia untuk bermaksiat kepada Allah. Apa sebenarnya yang
melatarbelakangi perseteruan kedua putra Adam tersebut? Cukup panjang kisah
keduanya. Kisah keduannya dapat dibaca dalam Surah al-Maidah ayat 27-31.
Kisah
bermula ketika Nabi Adam dan Hawa (Eve) dikaruniai empat orang anak. Pertama
kali, Hawa melahirkan anak kembar, yakni Qabil (Cain) dan seorang anak
perempuan. Lalu, tak lama kemudian sang ibunda umat manusia melahirkan kembali
dua anak kembar, yakni Habil (Abil) dan seorang anak perempuan. Keluarga Adam
pun hidup bahagia. Anak-anak tumbuh dengan sehat hingga dewasa.
Qabil
dan Habil pun dewasa dengan perawakan sehat. Qabil bekerja mengolah tanah atau
bertani. Sementara, Habil memilih menjadi peternak. Kehidupan berjalan normal
hingga turun perintah Allah kepada Adam untuk menikahkan putra-putrinya. Allah
memerintahkan agar Adam menikahkan setiap putranya pada selain kembaran mereka.
Artinya, Qabil menikah dengan kembaran Habil dan Habil menikah dengan kembaran
Qabil.
Maka,
disampaikanlah berita tersebut oleh Adam kepada kedua putranya. Tapi,
kecantikan fisik telah menjadi daya tarik manusia sejak masa silam. Hal ini pun
meyebabkan Qabil merasa iri dengan adiknya, Habil. Penolakan serta-merta datang
dari Qabil. Putra sulung Adam mengajukan protes. Ia tak setuju pilihan
pasangannya. Menurutnya, kembaran Habil tak secantik kembarannya. Dia pun
berontak pada perintah Allah tersebut dengan menolak menuruti nasihat sang
ayah.
****
Adam
pun merasa dilema atas sikap putra sulungnya. Sang Nabi ingin keluarganya
selalu harmonis dan diliputi kedamaian.
Dia pun meminta pertolongan Allah. Doanya pun terkabul, Allah dengan
kebijaksanaan-Nya meminta pengorbanan dari setiap putra Adam. Siapa yang
pengorbanannya diterima akan mendapat keadilan di sisi-Nya.
Habil
pun kemudian mengorbankan seekor unta yang terbaik dari ternaknya. Tapi, Qabil
justru mengorbankan hasil panen biji-bijian yang paling buruk. Allah pun tak
menerima korban Qabil karena ia melakukannya tanpa diliputi keikhlasan. Selain
itu, Allah juga murka karena Qabil tak mematuhi ayahnya. Bukan bertaubat, Qabil
justru makin marah bukan kepalang. Karena itu, berarti ia tak dapat menikahi
saudara kembarnya yang jelita.
Dengan
hati diliputi kemarahan, Qabil pun mendatangi Habil untuk membunuhnya. Ia
mendekati tubuh saudaranya untuk segera dihabisi. Di ujung maut, Habil masih
berusaha mengingatkan saudaranya bahwa membunuh adalah dosa besar. Ia terus
mencoba agar saudaranya tak terjatuh pada dosa hingga mendapat kemurkaan Allah.
Qabil
tetap saja bergeming. Ia benar-benar siap membunuh saudaranya. Sementara, Habil
enggan melukai saudaranya sehingga ia tak melawan. “Sungguh, jika kau
menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan
menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya, aku takut kepada
Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya, kamu akan kembali dengan membawa
dosa membunuhku dan dosamu sendiri. Maka, kamu akan menjadi penghuni neraka dan
yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim,” ujar Habil
kembali menasihati saudaranya agar tak terjatuh pada dosa besar.
****
Namun,
Qabil justru mengambil sebuah batu besar kemudian memukulkannya pada tubuh
saudaranya. Habil pun meninggal seketika. Inilah kematian pertama yang terjadi
di muka bumi. Ini pula kejahatan pertama yang dilakukan manusia. Selang
beberapa waktu pascapembunuhan, Adam mulai menyadari putra tercintanya Habil
tak muncul. Ia pun mulai mencari keberadaannya, tapi hasilnya nihil. Adam
kemudian menemui Qabil dan bertanya keberadaan Habil. Tapi, Qabil menjawab
angkuh, “Aku bukanlah pelindung saudaraku,” jawabnya ketus.
Mendengarnya,
tahulah Adam bahwa Habil telah tiada. Ia pun diliputi kesedihan yang teramat
sangat. Sementara itu, Qabil kembali ke lokasi pembunuhan. Saat itu,
kemarahannya telah reda. Ia merasa bersalah atas apa yang dilakukannya pada
Habil. Ia mondar-mandir memikirkan apa yang harus ia lakukan pada tubuh
saudaranya yang tak lagi bernyawa. Mayat Habil pun digendongnya sembari mencari
tempat untuk menyembunyikannya. Tapi, ia tak menjumpai tempat itu hingga aroma
tak sedap keluar dari mayat Habil. Qabil putus asa, ia diliputi kebingungan
untuk menangani mayat saudaranya.
Atas
rahmat Allah, dikirimlah dua ekor burung gagak untuk memberikan pelajaran bagi
Qabil untuk menguburkan saudaranya. Demikian kisah Habil dan Qabil, dua putra
Nabi Adam. Banyak hikmah yang dapat dipetik dari kisah tersebut. Tak menuruti
hawa nafsu dan menaati perintah Allah merupakan hikmah yang patut dilakukan
setiap Muslim.
Comments
Post a Comment