Iya Mulik Bengkang Turan (4)
Masa Depan Barito Utara
Semua impian kita dapat menjadi
kenyataan bila kita memiliki keberanian untuk mewujudkannya.
Walt
Disney, Pendiri Disneyland
Tidak
perlu diragukan lagi bahwa keberanian dibutuhkan oleh setiap orang karena
sangat bermanfaat bagi banyak orang. Keberanian diperlukan untuk mulai
melangkah ke masa depan menggapai obsesi dan harapan. Nelson Mandela, pemimpin
besar Afrika Selatan, dengan gagah berani melawan berbagai kesulitan dalam
usaha menghapus sistem politik apartheid.
Dia akhirnya berhasil menghapuskan sistem politik diskriminatif tersebut
sehingga warga kulit hitam dapat setara dengan warga kulit putih. Pun demikian
kemerdekaan Republik Indonesia karena langkah berani Soekarno dan Mohammad
Hatta.
Keberanian
juga diperlukan guna menggulirkan perubahan positif. Perubahan yang tidak hanya
buat diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Thomas Alva Edison memiliki
keberanian untuk berkali-kali gagal sebelum akhirnya berhasil menemukan bohlam
lampu listrik dan Wright Bersaudara dengan berani mencoba mencari cara untuk
menerbangkan pesawat udara yang pertama.
Berkat
keberanian tokoh-tokoh tersebut untuk tidak tunduk pada rasa takut dipenjara,
takut mati, takut bereksperimen, dan takut gagal, maka saat ini kita tidak
hidup dalam era penjajahan dan mengalami perlakuan diskriminatif. Kita juga
bisa menikmati penerangan lampu listrik, dan menggunakan pesawat terbang untuk
bepergian ke luar kota atau ke luar negeri.
Belajar
dari banyak keberanian tokoh-tokoh kelas dunia, Bupati Barito Utara Achmad
Yuliansyah pun berusaha melangkahkan kaki penuh keberanian dalam memimpin rakyat
dan wilayah Kabupaten Barito Utara. Menyadari limpahan kekayaan sumber daya
alam (terutama batubara, minyak bumi, gas, karet dan kelapa sawit) Barito Utara
yang amat potensial, Achmad Yuliansyah berupaya mendobrak kebiasaan banyak
kepala daerah yang cenderung berkutat di wilayahnya. Dengan langkah berani
meski muncul banyak tudingan miring, dia memilih langkah aktif mendatangi
calon-calon investor di mancanegara. Dia aktif melanglang buana ke Australia
dan Hongaria untuk melihat dari dekat sistem pengangkutan batubara dengan
kereta api, belajar ke China yang piawai memanfaatkan lobang-lobang bekas areal
penambangan batubara menjadi waduk serbaguna, dan ke Negeri Gajah Putih
Thailand untuk berguru bagaimana cara membangun kebun buah terpadu. Termasuk
pula pergi ke Hongkong guna melihat dari dekat pembangunan kota satelit
Shensen.
A. Kota Baru Muarateweh
Pikiran
visioner Bupati Barito Utara Achmad Yuliansyah memperkirakan bahwa ke depan,
lima sampai 10 tahun mendatang, Muarateweh lama dapat dikatakan sudah tidak
bakal mampu lagi menampung perkembangan sosial, ekonomi dan kependudukan. Muarateweh
lama sulit dipertahankan sebagai pusat kota Kabupaten Barito Utara. Pada
umumnya, kota-kota di dunia, kota lama tetap dipertahankan lalu membuka tata
ruang baru pusat kota yang lebih tertata dan terencana.
Sekadar
contoh Hongkong, kota lama Makao tetap dilestarikan, bahkan dijadikan obyek daya
tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin bernostalgia. Pemerintah setempat
mengembangkan kota baru Shensen. Sekitar 30 tahun lalu, Shensen hanya
berpenduduk kurang-lebih 40.000 jiwa dan kini penduduknya mencapai tidak kurang
dari 10 juta jiwa. Shensen diplot sebagai hinterland
Hongkong lama dengan waktu tempuh sekitar satu jam. Di Shensen terdapat bandar
udara (bandara) kendati di Hongkong lama sendiri sudah ada fasilitas bandara. Kedua
kota tersebut diupayakan saling melengkapi.
Bupati
Barito Utara Achmad Yuliansyah pun merentang pemikiran bahwa Muarateweh lama
harus dicarikan hinterland yang tepat
dan tidak seberapa jauh dari kota lama. Dia berobsesi mulai tahun 2012 dapat mulai
dirintis pembangunan kota baru Muarateweh yang lokasinya berada sekitar 14
kilometer sampai 18 kilometer dari kota lama ke arah Banjarmasin (Kalimantan
Selatan). Di sini lah kelak letak pusat pemerintahan Kabupaten Barito Utara.
Suatu
saat nanti, ketika eksploitasi tambang batubara di Barito Utara menggeliat dan industri
berbahan baku kelapa sawit mulai memberikan hasil, kota baru ini diharapkan
mampu memberi ruang hidup yang lebih nyaman kepada warganya. Ruang-ruang yang
lebih akomodatif, mulai dari perkantoran, kawasan industri, permukiman, sampai
perkampungan yang lebih tertata dan terencana di luar kota lama Muarateweh saat
ini. Termasuk adanya bandara yang representatif bagi perkembangan kota baru Muarateweh
ke depan.
Kondisi
kota lama sekarang ini, dalam benak Bupati Achmad Yuliansyah, sudah sulit
dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman. Pemerintah kabupaten tidak mungkin
lagi memperlebar jalan-jalan yang ada. Jadi, katanya lebih lanjut, biarkan kota
lama Muarateweh orisinil seperti yang ada sekarang ini.
Banyak
pihak meragukan mimpi Bupati Achmad Yuliansyah bakal terealisasi. Mimpinya
terlalu berani. Angannya terlalu tinggi di awang-awang. Karena, Kabupaten
Barito Utara berada nun jauh di pedalaman Kalimantan Tengah. Secara logika akal
sehat sulit dikembangkan. Namun begitu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Kabupaten Barito Utara Ir. Jainal Abidin meyakini bahwa ide atau
mimpi Acmad Yuliansyah cukup menapak bumi. Jainal Abidin mengaca pada
pengalaman Hongkong yang mampu mempertahankan kota lama yang kemudian
dikembangkan menjadi obyek wisata kota tua yang penuh nuansa cerita nostalgia.
Memang,
membangun kota baru harus benar-benar direncanakan secara matang agar di
kemudian hari tidak melahirkan kawasan-kawasan yang liar dan ilegal. Mesti ada
rencana induk yang kuat untuk melanggengkan perencanaan dan pembangunan kota
yang berkesinambungan. Bupati Achmad Yuliansyah (yang habis masa baktinya pada
tahun 2013) telah memikirkan bagaimana agar rencana induk kota baru Muarateweh
ini dapat menjadi peta jalan (road map)
bagi kepala daerah berikutnya. Yakni, dengan memperkuat rumusan rencana induk
tadi ke dalam wadah peraturan daerah (Perda). “Siapa saja kepala daerah pengganti
saya nanti, jangan sampai melangkah jauh melenceng dari rencana induk yang
telah disepakati bersama eksekutif dan legislatif,” ujar Yuliansyah.
Rencana
induk tersebut minimal terdiri dari dua bagian, yaitu rencana pengaturan
penggunaan tanah dan peraturan yang mengatur pembangunan. Rencana penggunaan
tanah membagi kota baru Muarateweh ke dalam beberapa kategori penggunaan tanah
yang berbeda. Juga membagi kota baru Muarateweh ke dalam beberapa bagian
perencanaan, yang selanjutnya dibagi lagi ke dalam puluhan unit perencanaan.
Untuk setiap unit harus disiapkan suatu rencana pembangunan yang mendetail.
Sementara
itu Perda pengaturan pembangunan berusaha menggolongkan kawasan sesuai dengan
intensitas pengembangannya dan sesuai dengan sifat-sifatnya. Selain juga
mengatur hal-hal seperti pengkaplingan, keperluan ruang terbuka hijau,
keperluan bisnis, dan periklanan. Setiap pengembang harus memperoleh izin
perencanaan untuk setiap pembangunan yang diusulkan atau mendapat risiko denda
dan atau pembongkaran bangunan yang tidak sah.
Dengan
demikian seluruh wilayah kota baru Muarateweh, secara teori, telah dipenuhi
dengan peraturan dan rencana yang terperinci, tersusun secara rasional, dan
dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang minimum karena semuanya sudah sebegitu
terperinci.
Melalui
perencanaan yang tertata dan rapi, setidaknya terdapat lima sasaran yang diacu:
pertama, efisiensi, yang menjamin penyediaan tanah yang cukup dengan harga
yang wajar untuk berbagai keperluan. Kedua,
kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan;
konsentrasi dalam mengurangi kepadatan penduduk, membatasi polusi, menjamin
konstruksi bangunan perumahan yang kuat dan aman.
Ketiga,
keadilan; menjamin bahwa kebutuhan
tanah dari kelompok masyarakat tertentu tidak akan diabaikan tetapi akan
dipenuhi, dan mereka yang sudah memiliki tanah tidak akan diganggu-gugat secara
sewenang-wenang. Keempat, penyesuaian; menjamin bahwa kota dapat
berkembang dan berubah sesuai dengan keperluan dan keinginan masyarakat bahwa
lingkungan akan dijaga kelestariannya. Dan kelima,
pemecahan konflik; peraturan itu
harus mampu menjadi penengah antara tuntutan dan kepentingan yang saling
bersaing.
Di
samping kelima sasaran tersebut, ada beberapa sasaran lain yang juga sangat layak
dipertimbangkan. Antara lain partisipasi;
menjamin bahwa warga masyarakat kota baru itu mendapat kesempatan untuk ikut
membantu merencanakan dan mengatur lingkungan hidup mereka sendiri. Sasaran-sasaran
itu menunjukkan mengapa kontrol dan penggunaan tanah pada waktu yang sama
dianggap demikian penting namun kerap kurang berhasil. Setiap pemerintah kabupaten
akan menerima dengan tangan terbuka setiap kesempatan untuk menunjukkan
tanggung-jawabnya terhadap sasaran yang penuh arti itu dengan membuat sebuah
rencana induk untuk ibukota kabupaten.
Sungguh,
Achmad Yuliansyah mengakui, tidak mudah mengimplementasikan pembangunan kota
baru yang mengusung prinsip demokrasi yang efisien. Pemerintah daerah yang
mampu mencapai semua sasaran itu, dan mendamaikan serta menengahi semua
perselisihan, dapat membuat yang demikian hanya mungkin dalam konteks
masyarakat yang terbuka, pluralis, terpelajar, sukses dalam bidang ekonomi dan
benar-benar sederajat. Pemerintah yang demikian hanya sedikit di dunia ini, dan
lebih sedikit lagi di negara-negara berkembang. Dan Achmad Yuliansyah merasa
optimis.
B. Sabuk Baja Bumi Borneo
Ide
menarik yang juga menjadi obsesi Bupati Achmad Yuliansyah adalah menyambung
berbagai wilayah Kalimantan (tentu terutama sekitar Kabupaten Barito Utara)
dengan jaringan jalan rel kereta api. Selama ini jaringan jalan rel kereta api
baru populer di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera berkat adanya warisan dari
Pemerintah Kolonial Belanda.
Saat
kini, nama Kalimantan semakin populer sebagai lumbung energi, terutama
batubara. Perut Bumi Borneo (nama lain Kalimantan) menyimpan potensi cadangan
batubara tidak kurang dari 21,2 miliar ton (catatan Indonesian Coal Statistics 2000). Produksi batubara mencapai
sekitar 64,7 juta ton pada tahun 2000, dengan pelaku usaha belasan kontraktor
besar.
Sejauh
ini, angkutan batubara masih mengandalkan truk dan konveyor melalui jalan
sungai dengan kapal tongkang (barge) menuju
terminal batubara dan pelabuhan. Biaya angkut dengan truk diperkirakan US$0,07
per ton/kilometer dan tongkang US$0,01 per ton/kilometer. Ongkos itu akan jauh
lebih murah bila “emas hitam” itu diangkut dengan kereta api. Standar acuan
internasional (khususnya di Australia) menyebutkan tarif angkut batubara dengan
kereta api hanya US$0,025 per ton/kilometer.
Dengan
demikian, pembangunan sarana dan prasarana perkereta-apian merupakan alternatif
solusi yang andal untuk memaksimalkan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
batubara. Berkat adanya kebijakan Otonomi Daerah, seiring dengan berlakunya UU
Nomor 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25/1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, peran Pemerintah Daerah relatif
menentukan bagi berjalannya proyek pembangunan sarana dan prasarana perkereta-apian
di Kalimantan. Terlebih lagi sudah ada pihak swasta (salah satunya Senong) yang
berminat.
Berdasarkan
nota kesepahaman antara Senong dan PT KAI, pada tahun 1994 telah masuk proposal
proyek BOT (Build Operate Tansfer)
kereta api Kalimantan oleh PT Senong Corporindo. Dengan perolehan Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang relatif besar, Pemerintah
Daerah Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Tengah (Kalteng) dapat
dikatakan mampu membiayai proyek tersebut bersama dengan investor swasta.
Konsep
proyek kereta api swasta yang dirintis oleh Senong itu mencakup jaringan single track sepanjang kurang lebih 250
kilometer. Dari Sebulu, Samarinda, ke Balikpapan dengan lebar sepur standar
1.435 milimeter untuk kapasitas desain sekitar 20 juta ton per tahun. Proyek
kereta api itu dilengkapi dengan terminal batubara di Balikpapan buat kapal
Panamax (cape size) ukuran 200.000
ton. Namun, kemudian muncul gagasan alternatif, Senong mengubah rute proyek
kereta api Kaltim antara Pasir dan Tanjung sepanjang 150 kilometer. Dalam
proposal proyek kereta api Pasir-Tanjung yang disusun dengan bantuan Infraneth
(Belanda) dan Connel Wagner (Australia) tercantum biaya investasi diperkirakan
mencapai US$295 juta untuk prasarana dan sarana kereta api, ditambah US$85 juta
buat pengadaan terminal batubara dan pelabuhan berkapasitas 20 juta ton per
tahun.
Pilihan
pada moda transportasi kereta api sangat menguntungkan bagi para penambang
batubara. Sebab, dengan peredaran gerbong lima jam, jarak 150 kilometer cukup
ditempuh selama dua jam. Sedangkan dengan angkutan sungai sebagaimana selama
ini berlangsung, perjalanan 100 kilometer bisa memakan waktu 20 jam.
Selain
kelayakan ekonomis, perkiraan besar ongkos investasi jaringan kereta api sangat
menentukan minat investor swasta. Dari studi penyusunan rencana induk
pembangunan jalan kereta api di Kalimantan, oleh Kementerian Perhubungan, belum
dapat disusun aspek finansial yang memberikan gambaran kelayakan. Sebagai acuan
standar dapat digunakan estimasi biaya dari konsultan kelas dunia Mott
McDonald, yakni sekitar US$1 juta per kilometer. Bila topografinya kurang baik,
biayanya bisa membengkak menjadi US$2 juta per kilometer. Biaya rata-rata
tersebut termasuk paket pembebasan tanah, pekerjaan sipil, jembatan, galian
gorong-gorong, pemasangan rel, stasiun plus emplasemen, sinyal, telekomunikasi,
depo, balai yasa, desain dan supervisi. Angka kelayakan yang pernah dicapai
dapat dilihat pada proyek double track
segmen I Cikampek-Cirebon sepanjang 53,3 kilometer dengan dana OECF (Overseas Economic Cooperation Fund) Jepang
yang telah dimenangkan kontraktor konsorsium Leighton John Holland Asia dengan
nilai sekitar US$50 juta.
Sebagai
bahan pembanding, dapat ditengok pengalaman rehabilitasi jaringan rel kereta
api di Sumatera Selatan sepanjang 420 kilometer. Kapasitas angkut dari semula maksimum 2 juta ton per tahun
meningkat menjadi 4 juta ton per tahun, dengan mengubah tekanan gandar dari
semula 13 ton menjadi 18 ton. Menurut laporan Area Manager Sofrerail Jean
Claude Dufresnes, kapasitas angkut dapat ditingkatkan lagi sampai 12 juta ton
per tahun apabila dimodifikasi menjadi double
track dan setiap rangkaian terdiri dari 80 gerbong. Proyek yang dikerjakan
tahun 1982 itu menelan biaya US$1,2 miliar, antara lain untuk rehabilitasi
kereta sebesar US$325 juta dan pembangunan terminal Pelabuhan Tarahan senilai
US$120 juta. Proyek selesai dalam tempo empat tahun dengan melibatkan
kontraktor domestik. Pada tahun 2001, kereta api batubara rangkaian panjang
(Babaranjang) mampu mengangkut 7 juta ton dan menjadi 8,3 juta ton di tahun
2002. KA Babaranjang memiliki kekuatan armada 39 unit lokomotif CC202 bikinan
GM dan tersedia 951 unit gerbong barang masing-masing berkapasitas 50 ton. Sampai
dengan selesainya IPO (go public), PT
Bukit Asam Tbk (Persero) belum berhasil menyelesaikan hambatan transportasi
batubara tersebut. Bahkan, terancam terjadi penurunan angkutan ketika perundingan
soal harga mengalami kemacetan.
Kapasitas
angkut KA Babaranjang memang masih relatif kecil bila dibandingkan dengan
kinerja angkutan kereta batubara kelas dunia. Coba kita simak kinerja BNSF
(Burlington Northern Santa Fe) yang mengangkut 56% dari sekitar 300 juta ton
produksi Powder River Basin dengan menempuh rute sejauh 1.000 mil. Kemudian ada
Queensland Railways Australia yang begitu perkasa mengangkut 127,8 juta ton per
tahun pada tahun 2001, dari 30 lokasi penambangan ke enam pelabuhan. Lantas
Spoornet (Afrika Selatan) yang secara gagah memboyong 69 juta ton batubara per
tahun, dari 44 lokasi penambangan dengan rute sepanjang 540 kilometer. Armada
Spoornet memiliki kapasitas angkut 20.800 ton per rangkaian berkekuatan 200
gerbong. KA Babaranjang baru mampu membawa 2.300 ton per rangkaian (46
gerbong).
Mengaca
pada pengalaman Sumatera Selatan dan beberapa negara di dunia, desain KA
Batubara Kalimantan dibuat jauh lebih bertenaga dibandingkan KA Babaranjang.
Misalkan soal lebar sepur tetap standar 1.435 milimeter, tekanan gandar 22,5
ton, gerbong curah otomatis lewat bawah berkapasitas muat 70 ton dan lokomotif
disel elektrik 3000 HP teknologi AC-AC yang memiliki daya traksi tinggi. Teknologi
komunikasi seperti selular dan GPS dapat dimanfaatkan untuk pengendalian
operasi. Konsep desain lokomotif DE AC-3 GE Lokindo dan gerbong 70 ton curah
bawah dengan mengadopsi teknologi Queensland Railways dan sistem sinyal
telekomunikasi PT LEN, cukup tepat digunakan untuk pengangkutan batubara di
Bumi Borneo. Sementara soal prasarana perkereta-apian, tidak ada hal khusus
menyangkut desain dan rekayasai teknis.
Memang
mahal ongkos buat mengayunkan langkah awal pembangunan jalur kereta api
batubara di Kalimantan. Tentu, jauh lebih murah mengeksploitasi hutan belantara
Bumi Borneo sebagaimana berlangsung selama ini. Tidak perlu repot-repot bikin
sarana dan prasarana. Cukup mengandalkan sungai-sungai yang ada. Apalagi,
pemerintah bisa langsung mengeruk dana reboisasi dari para pemegang HPH (Hak
Pengusahaan Hutan). Andai saja sudah sejak awal 1970-an pembangunan jalan
kereta api Kalimantan dapat dimulai dari selatan Balikpapan yang cuma berjarak 150
kilometer, lalu berpindah ke wilayah lain yang tengah secara besar-besaran
menambang batubara sampai akhirnya Kalimantan dililit sabuk baja sepanjang
1.240 kilometer. Tentu hutan tropis Borneo tetap terjaga dan orang-orang Borneo
(terutama Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah) tidak pusing-pusing
menghadapi nestapa dihantam banjir dan tanah longsor yang datang silih berganti
seperti sekarang ini.
Mengingat
demikian mahal ongkos pembangunan jalur kereta api itulah yang kemudian menjadi
salah satu faktor nota kesepahaman antara Senong dan PT KAI berhenti di atas
kertas. Dan karena itu, tahun 2004 Bupati Barito Utara Achmad Yuliansyah
kembali mewacanakan agar segera diwujudkan jaringan kereta api di Bumi
Kalimantan. Angkutan kereta api di sini tidak hanya bermanfaat buat
pengangkutan batubara namun dapat pula digunakan untuk angkutan penumpang umum.
Wacana ini pun sempat berhenti, pemerintah pusat dan pemerintah provinsi kurang
memberi respon yang berarti.
Baru
di tahun 2012 muncul kabar baik segera direalisasikannya pembangunan jaringan
rel kereta api di Kalimantan, terutama di Kalimantan Timur (Kaltim) dan
antar-wilayah Kaltim-Kalteng. Kabar itu ditandai dengan penanda-tanganan nota
kesepahaman antara Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Rail PTE
Ltd, investor Rusia, pada tanggal 7 Februari 2012 di Jakarta. Ini merupakan
langkah awal dimulainya pembangunan jaringan rel kereta api pertama di Pulau Kalimantan
itu.
Gubernur
Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak dan Direktur Kalimantan Rail Pte Limited
Andrey Shigaev menandatangani nota kesepahaman bersama pembangunan tahap
pertama rel kereta api itu. Direktur Jenderal Perkereta-apian Kementerian
Perhubungan Tundjung Inderawan; anggota Komisi V DPR, Hetifah Sjaifudin; Duta
Besar Rusia Alexander Ivanov; perwakilan JSC Russian Railways, Denis Muratov;
dan tokoh adat Dayak turut hadir.
“Penandatanganan
nota kesepahaman ini merupakan langkah kongkret untuk merealisasikan jaringan perkereta-apian
di Kalimantan pada umumnya dan di Kaltim pada khususnya,” kata Kepala Biro
Humas dan Protokol Setprov Kaltim, HM Yadi Robyan Noor, sehari setelah
penandatanganan.
Kepala
BKPMD Kaltim, HM Yadi Sabianoor, menambahkan bahwa dengan penandatanganan nota
kesepahaman ini dapat dipastikan kegiatan operasional pembangunan rel kereta
api yang menghubungkan Kutai Barat-Balikpapan dan Kaltim-Kalteng segera
dimulai. Setelah penandatanganan nota kesepahaman, ujarnya, pihak Rusia akan
mengurus perizinan dan pembebasan lahan, dan pada 2013 pembangunan konstruksi
rel kereta api akan dimulai.
Perusahaan
Rusia Joint-Stock Company Russian Railways akan membangun jaringan rel kereta
api sepanjang 243 kilometer yang menghubungkan Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Timur. Investasi senilai US$2,4 miliar (Rp21,8 triliun) dibangun kuartal
pertama 2012 dan ditargetkan beroperasi kuartal pertama 2017.
Proyek
jaringan rel kereta api angkutan batubara dari Kabupaten Murung Raya,
Kalimantan Tengah, ke pelabuhan di Balikpapan, Kalimantan Timur. Pembangunan
tahap pertama di Kalimantan Timur bernilai US$1,8 miliar (sekitar Rp16,3
triliun) dan tahap kedua di Kalimantan Tengah sepanjang 60 kilometer bernilai US$600
juta (sekitar Rp5,4 triliun).
”Ini
proyek yang luar biasa dan akan berdampak positif bagi pembangunan
infrastruktur dan kesejahteraan rakyat Kalimantan Timur. Saya mengapresiasi
Bupati Kutai Timur yang sudah membebaskan 100 persen kebutuhan lahan untuk
pembangunan tahap pertama sepanjang 135 kilometer,” ujar Awang Faroek Ishak.
Sementara
ini, proyek sepenuhnya investasi JSC Russian Railways yang menguasai 90 persen
saham Kalimantan Rail. JSC Russian Railways adalah salah satu perusahaan
perkereta-apian terbesar dunia yang memiliki jaringan rel 85.100 kilometer,
20.000 lokomotif, 1,2 juta pekerja, dan aset US$54,5 miliar (sekitar Rp490
triliun).
Proyek
ini juga melibatkan Bank Pembangunan dan Urusan Ekonomi Luar Negeri Rusia,
Vnesheconombank, untuk mendukung pembiayaan. ”Tetapi, kami juga membuka peluang
bagi investor lain yang ingin bergabung,” ujar Andrey.
Pihak
Rusia sengaja memilih Kalimantan sebagai tujuan awal investasi karena potensi
batubara di Bumi Borneo ini sangat besar. Proyek pembangunan kereta api
angkutan batubara Kaltim-Kalteng sudah masuk dalam program Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Kerja
sama itu bermula ketika delegasi Kaltim mengikuti Marketing Investasi Indonesia
(MII-2011) di Moscow, Rusia, dalam pertemuan forum bisnis yang diprakarsai
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Saat pertemuan itulah dilakukan
pembicaraan bersama Russia Railway berkenaan akan dibangunnya rel kereta api
angkutan khusus batubara di Pulau Kalimantan.
Bupati
Barito Utara Achmad Yuliansyah menyambut baik penanda-tanganan nota kesepahaman
antara Pemerintah Provinsi Kaltim dan Kalimantan Rail Pte Limited. Apa yang
pernah diwacanakannya kini memperoleh respon positif dan segera diwujudkan
dalam langkah operasional pembangunan jaringan rel kereta api Kalimantan yang
dimulai dari Kalimantan Timur dan akan dilanjutkan ke jalur Kaltim-Kalteng.
C. Membangun Bandara Baru dan
Jembatan Hasan Basri
Untuk
lebih memudahkan transportasi udara menuju Barito Utara, saat ini Pemerintah
Kabupaten Barito Utara berkonsentrasi menyelesaikan pembangunan bandara baru di
Desa Trinsing, Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, yang ditargetkan
selesai pada tahun 2013.
"Pemerintah
pusat pada 2013 akan mengucurkan dana sebesar Rp36 miliar untuk menyelesaikan
pembangunan bandara tersebut," jelas Bupati Barito Utara Achmad
Yuliansyah. Menurut dia, pada 2012 bandara tersebut masih dalam pekerjaan di
antaranya pembenahan akhir untuk kawasan taksi, apron, dan drainase.
Bandara
baru yang sedang dibangun itu berada di lahan seluas 180 hektar dan memiliki
panjang landasan 2.250 meter dan lebar run
way 30 meter. Bandara baru ini menggantikan bandara lama, Bandara Beringin Muarateweh,
yang tidak bisa dikembangkan lagi. Bandara yang baru ini nantinya bakal dapat
didarati pesawat berbadan besar seperti Fokker dan Boeing. "Kami
mengharapkan bandara itu selesai sesuai target dan tahun depan mulai
operasional," kata Achmad Yuliansyah.
Selain
mendapat bantuan pemerintah pusat, biaya pembangunan bandara di Desa Trinsing yang
diperkirakan menelan dana sekitar Rp300 miliar tersebut juga diperoleh dari
APBD Kabupaten Barito Utara sejak 2006.
Bupati
Yuliansyah mengakui bahwa tahapan pembangunan landasan pacu yang dilakukan
tahun 2010 mengalami kendala cuaca, karena tingkat curah hujan pada beberapa
bulan mendekati akhir tahun relatif tinggi sehingga menganggu pekerjaan. Namun
pihaknya tetap berharap pembangunan bandara baru yang dibangun, selain untuk
penerbangan umum, juga akan dijadikan bandara pendukung pertahanan militer
wilayah Kalimantan ini dapat selesai sesuai dengan rencana. "Meski
pekerjaan sempat mengalami kendala cuaca, namun kami harapkan pembangunan
bandara selesai tepat pada waktunya," katanya.
Bupati
Barito Utara Achmad Yuliansyah mengatakan pada tahun 2012 penyelesaian pembangunan bandara tersebut
dialokasikan selain bantuan pemerintah pusat juga dari APBD kabupaten.
Kegiatan
yang telah dilakukan dalam membangun bandara baru ini antara lain pembangunan
fisik dan pengembangan kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP) dan
perubahan gambar dasar (master plan) yang
memperoleh dana sebesar Rp1,5 miliar dari APBD Kabupaten Barito Utara. Pada
tahun 2010, Kabupaten Barito Utara telah mengalokasikan dana sebesar Rp5 miliar
melalui APBD kabupaten ditambah bantuan pemerintah pusat sebesar Rp48,7 miliar.
Sementara
tahun 2009, pemerintah kabupaten di pedalaman Sungai Barito ini telah
menganggarkan dana sebesar Rp9 miliar ditambah Rp7 miliar melalui perubahan
APBD serta bantuan pemerintah pusat sebesar Rp49 miliar.
Anggota
DPRD Barito Utara Lahmudin menyatakan bahwa bandara baru yang dibangun
Pemerintah Kabupaten Barito Utara itu menjadi aset dan kebanggaan daerah.
Karenanya, sudah menjadi kewajiban bersama baik pemerintah maupun masyarakat
untuk menjaga dan merawatnya.
Politisi
asal Partai Amanat Nasional (PAN) ini pun mengaku sangat mendukung langkah
pemerintah daerah setempat yang serius dalam tiga tahun terakhir menggarap penyelesaian
pembangunan bandara. Tujuannya semata-mata untuk membuka keterisolasian daerah
serta membuka kawasan pengembangan Kota Muarateweh, khususnya di kawasan Muarateweh
seberang. Pembangunan bandara dirasa tepat, sebab antisipasi ke depan di mana
arus transportasi udara bakal sangat dibutuhkan mengingat Kota Muarateweh terus
berkembang maju.
"Warga
masyarakat dan juga pihak investor akan menjadi mudah untuk pergi dan datang ke
daerah ini tanpa harus menempuh perjalanan panjang seperti yang selama ini kita
rasakan dengan menggunakan jalur darat," kata Lahmudin. Dengan
terbangunnya bandara di Desa Trinsing maka kawasan itu akan cepat berkembang
maju beberapa tahun ke depan. Penerbangan komersil di bandara ini pun tidak
saja bisa melayani warga Barito Utara tapi juga membantu warga di tiga
kabupaten lain yang hendak melakukan perjalanan, seperti warga dari Kabupaten
Murung Raya, Barito Selatan dan Barito Timur. Selama ini, kata Lahmudin, warga
di empat kabupaten di DAS Barito ini mesti ke Banjarmasin (Kalsel) atau ke
ibukota Provinsi Kalteng Palangkaraya bilamana hendak menggunakan perjalanan
udara. Jadi jika bandara ini sudah bisa digunakan pada tahun 2013, warga di
empat kabupaten DAS Barito tersebut bisa lebih terlayani dengan mudah.
Tekad
yang tidak kalah penting dari seorang Achmad Yuliansyah adalah membangun
Jembatan Hasan Basri yang lebih kuat dan tahan lebih lama. Karena Jembatan
Hasan Basri lama di Muarateweh terancam ambruk. Tiang pondasi jembatan patah
akibat acap ditabrak rakit dan kapal tongkang batubara. Jembatan Hasan Basri,
sepanjang 260 meter ini, memang sudah uzur. Jembatan yang mulai dibangun tahun
1990 dan diresmikan oleh Menteri Penerangan RI (waktu itu) Harmoko ini kini
kondisinya sepintas memang masih nampak kokoh. Tidak terlihat adanya
tanda-tanda yang menunjukan bahwa kondisi jembatan yang mengambil nama mantan
Ketua MUI KH Hasan Basri (asal Muarateweh) itu sudah mengkhawatirkan. Setiap
hari ratusan mobil dengan berbagai ukuran dan ribuan sepeda motor melintas di atasnya
serta kerap nampak pula sejumlah orang nongkrong di sisi kanan ataupun kiri
jembatan ini.
Kondisi
jembatan dengan bentang sepanjang 270 meter dan lebar lima meter berkonstruksi baja
Australia yang dibangun pada 1990 oleh Bupati Barito Utara (ketika itu) A.Dj. Nihin
tersebut saat ini cukup memprihatinkan. Apalagi
setelah diketahui pondasi jembatan tidak dicor dengan semen, sehingga diyakini
tidak kuat menahan beban dan benturan. Sudah begitu, sejak direnovasi 12 tahun
silam, jembatan telah 14 kali ditabrak rakit kayu log dan kapal tongkang. Sejumlah
investor batubara baik yang berada di wilayah Kabupaten Barito Utara maupun
Kabupaten Murung Raya sering mengalami kendala saat membawa tongkang batubara
karena tidak bisa melewati jembatan ketika air sungai tinggi.
Bupati
Barito Utara Achmad Yuliansyah mengaku sudah tiga kali menyurati Menteri
Pekerjaan Umum agar mendesain ulang jembatan. Tapi permintaan itu tidak pernah
berbalas. Selain itu, kata Yuliansyah, Gubernur Kalteng juga menolak
pembangunan jembatan dengan alasan masih kuat sampai 15 tahun ke depan.
"Padahal kondisi jembatan sudah miring dan makin ringkih," kata
Achmad Yuliansyah.
Bupati
meminta kepala Dinas Pekerjaan Umum Anwar Sanusi Gayo menindak-lanjuti
permohonan ke pusat untuk pembangunan jembatan KH Hasan Basri. Permohonan
tersebut pernah diusulkan ke pemerintah pusat dan kini mesti kembali diseriusi
pengurusannya, sebab pembangunan jembatan ini sudah sangat mendesak
“Data
yang kami miliki, Jembatan KH Hasan Basri sudah 14 kali tertabrak kapal besar,
selama arus transportasi Sungai Barito wilayah Barito Utara, Barito Selatan dan
Murung Raya kian pesat,” jelas Kepala Dinas Pekerjaan Umum Barito Utara, Anwar
Sanusi Gayo. Dia menilai jembatan itu berpotensi menimbulkan kecelakaan mengingat
arus lalu-lintas tongkang penarik batubara bisa mencapai ratusan kali dalam
sebulan.
Jembatan
KH Hasan Basri sekarang memiliki bentangan untuk jalur arus transportasi sungai
hanya 50 meter. Sedangkan kapal besar memiliki lebar bisa sampai 30 meter
dengan panjang 120 meter.
“Di
sinilah potensi kecelakaan tabrakan. Desain baru yang kami rancang, jembatan
memiliki panjang lebih dari 400 meter dengan bentangan untuk arus transportasi
sungai mencapai 150 meter,” jelasnya.
Selain
itu, lantai jembatan juga dirancang dengan ketinggian 15 meter dari batas
maksimal terjangan banjir. “Yang ada sekarang hanya 1,5 meter dari banjir,” dia
menambahkan. Dengan lebar jalur lalu-lintas darat di atasnya, desain jembatan
baru tersebut diyakini mampu memperlancar arus perekonomian darat dan sungai.
Rencana
Pemerintah Kabupaten Barito Utara itu disambut baik oleh warga masyarakat di
sekitar jembatan. Mereka mendukung pemugaran jembatan. “Asalkan lahan atau
tanah kami ada hitungannya yang menguntungkan atau tak merugikan, tidak masalah
dengan realisasi pemugaran jembatan tersebut,” ungkap Makmur, warga yang
tinggal di sekitar jembatan.
Pemerintah
Kabupaten Barito Utara mengusulkan bantuan dana pemerintah pusat untuk
membangun jembatan baru tersebut pada tahun 2011. "Dana pembangunan
jembatan baru ini sangat besar sehingga sumbernya diharapkan dari bantuan
pemerintah pusat," kata Bupati Barito Utara, Achmad Yuliansyah.
Menurut
Yuliansyah, untuk membangun jembatan baru sepanjang 437,5 meter --terbagi dalam
jembatan utama sekitar 397,5 meter dan jembatan penghubung 40 meter dengan
lebar tujuh meter—ini diperkirakan menelan biaya sekitar Rp159,9 miliar.
Selain
alokasi dari pemerintah pusat, kata Yuliansyah, pihaknya juga mengharapkan
bantuan dari APBD provinsi, mengingat dana dari kabupaten sangat terbatas. "Kami
mengharapkan pembangunan jembatan dengan konstruksi menggunakan cable stayed itu segera terealisasi
hingga hambatan lalu-lintas transportasi sungai dapat teratasi," dia
menandaskan.
Yuliansyah
menjelaskan, sebelumnya, Pemkab Barito Utara hanya melakukan perubahan
(redesain) konstruksi jembatan KH Hasan Basri Muarateweh dengan meninggikan
bagian bawah jembatan. Namun, dari hasil survei Direktorat Jenderal Keselamatan
Transportasi Darat Kementerian Perhubungan dan studi kelayakan, hal itu tidak
memungkinkan sehingga harus dipindahkan ke tempat baru. "Kini jembatan itu
menjadi hambatan bagi arus transportasi sungai, terutama tongkang dan kapal
bertonase besar," jelasnya.
D.
Energi
untuk Rakyat
Meski
lebih dari setengah wilayah Barito Utara menyusut dibandingkan dengan sebelum
wilayah Murung Raya membentuk kabupaten sendiri, Kabupaten Barito Utara sampai
kini masih banyak menyimpan Sumber Daya Alam (SDA). Tidak hanya kekayaan alam hayati
seperti aneka ragam tanamam dan satwa, isi perut bumi Barito Utara juga banyak
menyimpan potensi tambang bernilai tinggi.
Beberapa
tahun belakangan, potensi yang mulai dilirik sejumlah investor adalah tambang
barubara, minyak bumi dan gas. Potensi tambang batubara sendiri hampir merata
tersebar di enam kecamatan: Teweh Tengah, Lahei, Montallat, Gunung Timang,
Gunung Purei dan Teweh Timur. Sedangkan gas dan minyak bumi melimpah di daerah
Karendan, dalam Sungai Lahei, Kecamatan Lahei.
Sebelum
keluar kebijakan Menteri Kehutanan soal izin pinjam pakai kawasan hutan dan
izin pelepasan kawasan hutan, puluhan pemilik izin Kuasa Pertambangan (sekarang
Izin Usaha Pertambangan/IUP) mulai meningkatkan kegiatan. Dari yang tahap peninjauan
naik ke tahap eksplorasi, kemudian sudah banyak pemegang IUP eksplorasi yang sudah
mengajukan ke izin IUP eksploitasi.
Kendala
muncul setelah keluar kebijakan harus ada izin pinjam pakai kawasan hutan bagi
perusahaan tambang yang beroperasi di kawasan hutan dan izin pelepasan kawasan
hutan bagi izin perkebunan. Namun bukan berarti pihak perusahaan enggan
mengurus izin, tetapi yang dikeluhkan adalah sulit dan berbelitnya proses
kepengurusan untuk mendapatkan izin itu dari Kementerian Kehutanan.
Kepala
Dinas Pertambangan Barito Utara Ir. Suriawan MM memanfaatkan kondisi itu untuk
mengevaluasi segala perizinan yang diterbitkan dinas itu sebelumnya.
Sebagaimana diketahui, Suriawan adalah pejabat baru di Dinas Pertambangan Barito
Utara. Kepala Dinas sebelumnya, Ir. Asran, sekarang diposisikan menjadi salah
satu asisten di kantor Bupati Barito Utara.
“Saya
diperintahkan langsung oleh bupati untuk melakukan evaluasi semua perizinan.
Sekarang sudah dalam proses. Saya bahkan diminta tegas, yang menyalahi
dibekukan, demikian pula yang tak menunjukkan kegiatan, langsung dicabut
izinnya,” ucap Suriawan belum lama ini.
Dijelaskan
Suriawan, saat ini izin operasi perusahaan tambang di Barito Utara mencapai 153
KP, baik tahap eksplorasi maupun eksploitasi. Beberapa di antaranya ditemukan
tak beroperasi. “Kami mengharapkan perusahaan yang sungguh-sungguh
berinvestasi. Biar sedikit tapi potensi yang ada benar-benar dimanfaatkan,” tandas
Suriawan.
Selain
melakukan evaluasi, pejabat yang cukup lama ditempatkan di Kantor Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Utara itu, sebelum mutasi dari Dinas
Kehutanan Barito Selatan, menginginkan kegiatan pertambangan di Barito Utara
yang ramah lingkungan. Untuk itu, pertama yang dia tekankan adalah persiapan
perusahaan dalam upaya reklamasi dan antisipasi dampak lingkungan dari kegiatan
tambang.
“Harus
ada dokumen AMDAL sebagai syarat utama. Perusahaan tidak boleh melakukan
kegiatan eksploitasi bila belum beres AMDAL-nya. Kebijakan saya, perusahaan
boleh menambang dan mengambil potensi batubara dalam perut bumi tapi harus
ramah lingkungan. Kita sebagai pihak teknis yang bertanggung-jawab terhadap
dampak pengerukan lapisan tanah, mendukung penuh kebijakan dan tindakan kantor
BLH soal lingkungan,” tegas Suriawan.
Selain
ramah lingkungan, Bupati Achmad Yuliansyah menambahkan bahwa potensi tambang di
Barito Utara tidak boleh semuanya dijual ke luar sehingga wilayah ini kegelapan
dan kesulitan sumber listrik. Dia belajar banyak dari wilayah Kalimantan Timur
yang sempat mengalami listrik byar-pet lantaran sumberdaya tambangnya diekspor
ke luar wilayah Kaltim.
Misalkan
sumber daya tambang empat sumur gas Sungai Lahei-1 di Blok Karendan, Kecamatan
Lahei, yang segera digarap investor Salamander Energy Bangkanai Ltd. Bupati
Achmad Yuliansyah berharap eksploitasi empat sumur gas tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) pada Juli 2013. Blok Karendan
ini memiliki lapangan gas potensial dan yang telah mendapatkan persetujuan
pengembangan (plan of development).
Cadangan terbukti mencapai 157 miliar kaki kubik, sedangkan kandungan potensial mencapai 207 miliar kaki
kubik. Adapun prospek gas yang diidentifikasi di blok tersebut diperkirakan dapat
melebihi 1,5 triliun kaki kubik.
“Kami
targetkan awal produksi gas Blok Karendan ini pada Juli tahun depan,” kata
General Manajer Salamander Energy Ltd, Craig Stewart, menanggapi harapan Bupati
Yuliansyah beberapa waktu lalu. Menurut Craig, untuk mengeksploitasi gas itu
pihaknya menjadwalkan pada pertengahan Juni 2012 dilakukan pengeboran sumur gas
tersebut.
Sumur
ini merupakan hasil dari kegiatan survei seismik pada 2006 oleh kontraktor
Elnusa Bangkanai Enery (EBE), PT Elnusa Geosains. Salamander Energy Ltd adalah
perusahaan bermarkas di London, Inggris. Pemegang saham terbanyak di Blok Bangkanai
itu pada akhir Juni 2011 telah menandatangani perjanjian jual-beli gas Lapangan
Bangkanai dengan PT PLN untuk membangun PLTG berkapasitas 3x80 megawatt (MW)
yang mampu mengaliri listrik hingga wilayah Kalimantan Selatan.
Dalam
perjanjian itu disepakati Salamander Energy kelak memasok volume gas sebesar 20
miliar british thermal unit per day (bbtud) kepada PT PLN dengan harga 4,79 dolar
AS per juta british termal unit (mmbtu) dengan eskalasi 3 persen per tiga
tahun.
Bupati
Barito Utara Achmad Yuliansyah mengharapkan pembangunan PLTG ini dapat berjalan
tepat sesuai jadwal, sehingga mampu menambah energi listrik di wilayah
Kabupaten Barito Utara dan sekitarnya. Minimal memenuhi kebutuhan listrik di wilayah
Muarateweh-Buntok-Tanjung.
Sebelum
melakukan kegiatan, pihak perusahaan diminta melakukan koordinasi dengan
aparatur kecamatan dan desa serta masyarakat setempat. “Diharapkan PLTG ini
juga dapat meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat dan perekonomian
daerah,” ujar Bupati Yuliansyah.
Tampak
jelas bahwa Achmad Yuliansyah demikian serius memikirkan dan membangun
Kabupaten Barito Utara yang lebih prospektif. Dalam dua periode kepemimpinannya,
salah satu putera terbaik Barito Utara itu dipandang mampu mengangkat nama baik
salah satu kabupaten tua di pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito itu.
Terutama terkait proyek besar yang telah dan akan diwujudkannya, seperti
pembangunan Bandar Udara baru berskala nasional, pemindahan jembatan
penyeberangan Sungai Barito, sarana hiburan anak-anak hingga rencana
pembangunan kota baru (pemukiman baru), termasuk pembangunan gedung Polimat
(Politeknik Muarateweh). Dia berani mewujudkan sejumlah impiannya itu dengan
menempuh berbagai cara, tak terkecuali aktif mengundang investor.
E. Menepis Isu “Cagub Bayaran” Menerima
Mandat Partai Golkar
Achmad
Yuliansyah tidak ingin berhenti mengabdi di Kabupaten Barito Utara saja. Dia
ingin mengabdi kepada lebih banyak khalayak dalam lingkup wilayah yang lebih
luas lagi. Achmad Yuliansyah merasa memiliki cukup bekal untuk
mendharma-bhaktikan tenaga dan pikirannya buat rakyat seluruh Provinsi
Kalimantan Tengah (Kalteng). Keberhasilannya memimpin Kabupaten Barito Utara,
minimal, dapat dijadikan modal buat maju ke pemilihan kepala daerah (Pilkada)
langsung Gubernur Kalteng yang digelar tahun 2010. Dia pun bertekad mencalonkan
diri dalam pemilihan Gubernur Kalimantan Tengah periode 2010-2015 yang digelar
5 Juni 2010.
“Saya
sampaikan kepada masyarakat Barut umumnya, khususnya warga Lahei, yang hadir di
sini, bahwa saya positif maju menjadi peserta Pilgub Kalteng 2010. Saya maju
berpasangan dengan Pak Didik Salmijardi, mantan Bupati Kotawaringin Timur
(Kotim) 2004. Untuk itu, mari kita satukan tekad yang bulat dengan merapatkan
barisan, agar semua ini bisa segera tercapai,” ucap Achmad Yuliansyah, yang
disambut dengan tepuk tangan seluruh masyarakat yang hadir pada kesempatan
pembukaan MTQ Barut, tanggal 21 Februari 2010 itu.
Pernyataan
Achmad Yuliansyah ini sekaligus menjawab tanda tanya warga masyarakat serta
isu-isu yang menganggap dirinya sebagai figur bayaran. Menurut dia,
keputusannya untuk maju karena ada hal-hal yang dianggap kurang adil dalam
pembangunan di Kalimantan Tengah. Banyak aspirasi dari wilayah kabupaten/kota
yang tidak diakomodasi secara adil dan proporsional. Sekadar contoh ide
membangun jaringan rel kereta api untuk angkutan batubara dan pembangunan
jembatan (baru) KH Hasan Basri di Muarateweh.
Telah
jauh-jauh waktu Achmad Yuliansyah secara serius membangun networking dengan berbagai kalangan –baik pemerintahan, lembaga
swadaya masyarakat, lembaga adat maupun kalangan dunia usaha. Dia memahami
benar bahwa tugas kepala daerah provinsi ke depan cenderung sebagai
koordinator, motivator, jembatan, pengawasan dan mempertautkan kepenting
antar-daerah kabupaten/kota.
Achmad
Yuliansyah senantiasa merasa dekat dengan masyarakat Kalimantan Tengah karena
kiprahnya sudah melewati berbagai daerah di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah.
Dengan demikian, dia merasa akan lebih mudah menjadi koordinator atau jembatan.
Dia bertekad penuh mengabdikan dirinya kepada warga wilayah provinsi yang
berada di tengah-tengah Pulau Kalimantan itu.
Namun
demikian Yuliansyah mengaku tidak mudah berkampanye dan mensosialisasikan
pencalonan dirinya di tengah isu-isu negatif dirinya sebagai figur bayaran. “Setiap
kali kampanye dan sosialisasi, waktu saya habis hanya untuk menjelaskan bahwa
tekad saya maju dalam pencalonan bukan sebagai figur bayaran. Waktu saya untuk
memaparkan visi dan misi Kalteng 2015 menjadi sangat sedikit,” ujar Yuliansyah
suatu ketika.
Kendati
muncul isu-isu negatif, Yuliansyah tetap maju dan dukungan kepada dirinya
mengalir bagai air. Untuk menghadapi pasangan incumbent Agustin Teras Narang – Achmad Diran yang dua-duanya berasal
dari PDI Perjuangan, Achmad Yuliansyah yang memperoleh mandat dari DPP Partai
Golkar itu menggandeng calon wakil gubernur Didik Salmijardi, mantan Bupati
Kotawaringin Timur (Kotim) 2004 dan Ketua DPD Partai Demokrat Kalimantan
Tengah.
Di
masa-masa awal pencalonan, dukungan kepada pasangan Achmad Yuliansyah – Didik
Salmijardi datang dari Damang Teweh, Forum Masyarakat Pemerhati Pembangunan Kalimantan
Tengah (FMPPK) Perwakilan Kabupaten Barito Utara, Laskar Adat Dayak DAS Barito
Kabupaten Barito Utara, dan Kerukunan Suku Dayak Maa’yan Lawangan (Dusmala).
Damang
Kecamatan Teweh Tengah, Barito Utara, Juliamensen, menyambut baik majunya
Achmad Yuliansyah sebagai calon gubernur Kalteng. Soal pilihan, dia menyerahkan
kepada masyarakat. Sebagai putra daerah, Juliamensen mengaku sangat mendukung
Bupati Barito Utara itu menjadi cagub pada Pilkada Kalteng 2010. “Loyalitasnya
kepada daerah dan negara sudah terbukti. Sebagai abdi negara, dia sangat bertanggung-jawab,”
katanya sembari menambahkan, “Kami mendukung sepenuhnya pasangan yang mempunyai
kemampuan dan sebagai yang terbaik dalam memimpin Kalteng lima tahun berikutnya.”
Ketua
FMPPK Perwakilan Barito Utara Davey R. Silam mengatakan, forum yang dipimpinnya
seperti FMPPK, mendukung sepenuhnya pasangan Achmad Yulainsyah – Didik
Salmijardi menjadi gubernur dan wakil gubernur Kalteng periode 2010-2015. Menurut
dia, dukungan ini dilakukan bukan atas dasar ada sesuatu kepentingan. Tapi,
jelasnya, didasari penilaian rasional atas keberhasilan Achmad Yuliansyah yang
telah terbukti membangun wilayah Kabupaten Barito Utara. “Oleh karena itu, saya
selaku Ketua Lembaga FMPPK Perwakilan Barito Utara sangat mendukung pasangan
Achmad Yuliansyah dan Didik Salmijardi,” tuturnya.
Ketua
Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Laskar Adat Dayak DAS Barito Kabupaten Barito
Utara, Natalius, mengatakan, semua pengurus dan anggota yang saat ini mencapai
puluhan ribu orang diwajibkan hukumnya untuk mendukung dan memenangkan pasangan
Achmad Yuliansyah – Didik Salmijardi. “Pak Yuliansyah telah terbukti memimpin
Barito Utara hingga dua periode. Selain sukses di bidang pembangunan, ekonomi,
kesejahteraan sosial, beliau juga tidak membeda-bedakan suku, agama, dan ras,
termasuk dalam tatanan masyarakat adat,” ujarnya.
“Kami
menilai sosok Yuliansyah sangat dibutuhkan dan potensial untuk menduduki kursi
sebagai gubernur Kalteng ke depan,” kata Ketua Kerukunan Dusmala, Daniel E.
Dansen. Karena itu, Kerukunan Dusmala menyatakan dukungannya kepada pasangan
Achmad Yuliansyah – Didik Salmijardi maju ke Pilkada Gubernur Kalteng 5 Juni
2010. Warga Dayak Maa’yan, terutama yang berada di Kabupaten Barito Selatan dan
Barito Timur, mendukung penuh pasangan ini untuk memimpin Kalteng periode 2010-2015.
Hari
pencoblosan yang ditunggu datang juga. Pada 5 Juni 2010, rakyat Kalimantan
Tengah berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara untuk memilih pemimpin
mereka lima tahun berikutnya. Empat pasangan calon gubernur – calon wakil
gubernur tampil sebagai peserta Pilkada Gubernur Kaltim 2010-2015,
masing-masing nomor urut 1 pasangan Achmad Amur – Baharudin Lissa, nomor urut 2
pasangan Agustin Teras Narang – Achmad Diran, nomor urut 3 pasangan Achmad
Yuliansyah – Didik Salmijardi, dan nomor urut 4 pasangan Yuandrias –Basuki.
Sungguh
tidak gampang melalui sebuah kompetisi pemilihan gubernur kepala daerah dengan menyandang
citra negatif di mata pemilih. Setelah sekitar 1,6 juta pemilih menyalurkan
suaranya melalui 5.134 TPS pada tanggal 5 Juni 2010, pasangan incumbent Agustin Teras Narang – Achmad
Diran memperoleh suara terbanyak 42,27 persen. Kemudian diikuti pasangan Achmad
Amur - Baharudin Lissa mendapat 37,66 persen; pasangan Achmad Yuliansyah - Didik
Salmijardi meraih 15,75 persen; dan pasangan Yuandrias - Basuki menggapai 4,29
persen.
Pupus
sudah tekad masyarakat dan parpol di Kalteng untuk mengalahkan pasangan incumbent Agustin Teras Narang – Achmad
Diran yang mereka nilai banyak kebijakan selama pemerintahannya terasa kurang
adil. Selama ini banyak kebijakan yang dirasa kurang berpihak kepada masyarakat
di wilayah dan kalangan tertentu. Sekadar contoh ketika Bupati Barito Utara
mengajukan proposal pembangunan jembatan (baru) KH Hasan Basri di Muarateweh. Jembatan
lama telah mengalami kerapuhan karena kerap dihantam kapal tongkang pengangkut
batubara. Namun, Gubernur Teras Narang bersikukuh bahwa jembatan lama masih
kuat sampai usia 35 tahun.
Perjuangan
Achmad Yuliansyah terhenti sejenak. Dia menyimpan obsesinya untuk dapat
memimpin Provinsi Kalimantan Tengah. “Ke depan saya ingin maju lagi dalam
pencalonan Gubernur Kalimantan Tengah pada tahun 2015. Saya serius maju dan
mengusung wacana pemekaran Provinsi Kalteng menjadi tiga provinsi,” ujarnya
beberapa waktu lalu.
Menjelang
pencalonan dirinya maju ke Pilgub Kalteng 2010, Achmad Yuliansyah sempat menanda-tangani
kontrak politik terkait pemekaran wilayah Kotawaringin Raya. "Komitmen
pemekaran ini untuk mendorong terjaminnya peningkatan kesejahteraan masyarakat
di wilayah Kotawaringin sebagai provinsi sendiri. Wilayah ini diharapkan
semakin mandiri untuk melaksanakan pembangunan." katanya.
Menurut
Yuliansyah, kemandirian pengelolaan anggaran, pembangunan infrastruktur,
pendidikan, dan fasilitas publik lain diupayakan agar kesejahteraan masyarakat
bisa lebih terjamin. Saat ini, anggaran sangat bergantung pada pemerintah
provinsi, sehingga tidak ada keleluasaan. Kontrak politik ini diwakili
masing-masing tokoh yakni Ujang Iskandar (Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat)
dan Wahyudi K Anwar (Bupati Kotawaringin Timur).
"Dengan
alasan ini pulalah saya mau maju dalam Pilkada Kalteng. Karena itu, saya akan
mendorong pemekaran provinsi ini," kata Yuliansyah sembari menambahkan, "Agenda
pemekaran ini akan menjadi program utama dalam berkampanye pada pemilihan
gubernur di Kalteng."
Dan, agenda ini pula yang nanti hendak diusung oleh
Achmad Yuliansyah sebagai salah satu modal untuk maju dalam Pilkada Gubernur
Kalteng 2015. Modalnya adalah tekad Achmad Yuliansyah yang kuat untuk
mengabdikan dirinya kepada rakyat yang lebih banyak lagi dan dalam skala
wilayah yang lebih luas. ***
Comments
Post a Comment